Ana & Rina Pasrah

Pada suatu pagi telefon di bilikku berbunyi, dengan malas kupaksakan diri mengangkatnya. Ternyata telefon itu dari Pak Alang, tukang kebun dan penjaga Rumah Rehat kami. Mengantukku hilang begitu dia menyuruhku supaya segera datang ke Rumah Rehat, katanya ada masalah yang harus dibincang di sana. Sebelum kutanya lebih lanjut hubungan telefon terputus. Hatiku mulai tidak tenang saat itu, apakah masalahnya, apakah kecurian, kebakaran atau apa. Aku juga tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi waktu itu kerana saat itu kedua orangtuaku berada di luar negara.

Segera setelah siap aku memandu keretaku menuju ke Rumah Rehatku di Camerron Highlands. Tidak lupa kuajak sama Rina, sahabatku yang sering pergi bersamaku. Sesampainya di sana, kami disambut oleh Pak Alang, seorang lelaki setengah baya berumur 60-an, rambutnya sudah memutih, namun perawakannya masih sehat dan gagah. Dia adalah penduduk orang asli yang tinggal dekat Rumah Rehat ini. Sudah 4 tahun sejak ayahku membeli Rumah Rehat ini Pak Alang diupah untuk menjaganya. Kami sekeluarga percaya padanya kerana selama ini belum pernah Rumah Rehatku ada masalah sampai suatu saat akhirnya aku menyesal ayahku mempekerjakannya.

Pak Alang mengajak kami masuk ke dalam dulu. Di ruang tamu sudah menunggu seorang lelaki lain. Pak Alang memperkenalkannya pada kami. Orang ini bernama Pak Abu, berusia 50-an, tubuhnya agak gemuk pendek, dia adalah teman Pak Alang yang bekerja sebagai juru foto sambilan di kampungnya. Tanpa membuang waktu lagi aku langsung ke tajuk utama menanyakan ada masalah apa sebenarnya aku disuruh datang.

Pak Alang mengeluarkan sebuah bungkusan yang dalamnya berisi setumpuk foto, dia mengatakan bahwa masalah inilah yang hendak dibincangkan denganku. Aku dan Rina lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya. Betapa terkejutnya kami bak disambar petir di siang hari, bagaimana tidak, ternyata foto-foto itu adalah foto-foto erotis kami yang diabadikan ketika cuti tahun lalu, ada foto bogelku, foto bogel Rina, dan juga foto adegan persetubuhan kami dengan boy friend masing-masing.

“Pak Alang, dari mana barang ini..?” tanyaku dengan tegang. “Hhmm.. begini Cik Ana, waktu itu saya sedang membersih bilik, saya jumpa filem negatif Cik Ana bersama Cik Rina sedang berasmara, lalu saya bawa ke Pak Abu ini untuk dicuci.” jawabnya sambil sedikit tertawa.

“Pak Alang sangat kurang ajar, Pak Alang digaji untuk menjaga tempat ini, bukannya mengusik barang saya..!” kataku dengan marah dan menudingnya. Aku sangat menyesal kenapa lalai membiarkan negatif itu tertinggal di Rumah Rehat, bahkan aku mengira barang itu sudah dibawa oleh boy friendku atau boy friend Rina. Wajah Rina juga ketika itu juga nampak tegang dan marah.

“Wah.. wah.. jangan marah Cik, saya tidak sengaja, justru Cik sendiri yang lalai kan?” mereka berdua tertawa-tawa memandangi kami.

“Baik, kalau begitu serahkan negatifnya, dan kalian boleh pergi dari sini.” kataku dengan dongkol.

“OKlah Pak Alang, kami bayar berapapun asal kalian kembalikan negatifnya.” tambah Rina memohon.

“Oo.. tidak, tidak, kita ini bukan pemeras ugut, kita cuma minta..” Pak Abu tidak meneruskan perkataannya.

“Sudahlah Pak Alang, cepat katakan saja apa mau kalian..!” kata Rina dengan dongkol.

Perasan aneh mulai menjalari tubuhku disertai keringat dingin yang membasahi dahiku kerana mereka mengamati tubuh kami dengan tatapan liar. Kemudian Pak Alang maju mendekatiku membuat degup jantungku makin kencang. Beberapa inci di depanku tangannya bergerak mengelus tetekku.

“Hei.. kurang ajar, jangan keterlaluan ya..!” bentakku sambil menepis tangannya dan menolaknya. “Bangsat.. berani sekali kamu, tak sedar diri hah..? Dasar orang kampung..!” Rina mengherdik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajah Pak Alang.

“Hehehe.. cuba Cik berdua bayangkan, bagaimana kalau foto-foto itu diterima orang tua, boy friend, atau teman-teman di kampus Cik? Wah silap-silap Cik berdua ini boleh jadi terkenal.!” kata Pak Abu dan disusul gelak tawa keduanya.

Aku tertegun, fikiranku kalut, kurasa Rina pun merasakan hal yang sama denganku. Nampaknya tiada pilihan lain bagi kami selain mengikuti kemauan mereka. Kalau foto-foto itu tersebar bagaimana reputasiku, keluargaku, dan reaksi boy friendku, apalagi Rina yang bekerja sebagai model sambilan, kariernya boleh hangus gara-gara masalah ini.

Pak Alang kembali mendekatiku dan meraba bahuku, sementara itu Pak Abu mendekati Rina lalu mengelilinginya mengamati tubuh Rina. “Bagaimana Cik, apa sudah berubah fikiran..?” tanyanya sambil membelai rambutku yang separas bahu.

Kufikir-fikir untuk apa lagi jual mahal, kami pun sudah bukan perawan lagi, hanya saja kami belum pernah bermain dengan orang-orang bertampang kasar seperti mereka.

Akhirnya dengan berat hati aku hanya dapat menganggukkan kepala saja.

“Ha.. ha.. ha.. akhirnya boleh juga orang kampung seperti kita merasakan gadis kampus, ada foto modelnya lagi..!” mereka tertawa penuh kemenangan. Aku hanya dapat mengumpat dalam hati, “Bangsat kalian, dasar tua-tua keladi..!” Pak Alang memelukku dan tangannya meremas-remas tetekku dari luar, lidahnya bermain dengan liar di dalam mulutku. Bibirnya yang hitam lebam menggigit-gigit bibir tipisku yang lembut. Perasaan geli, jijik dan nikmat bercampur aduk dengan gejolak birahiku yang mulai naik.

Tangannya kini makin berani menyusup ke bawah baju ketat lengan panjang yang kupakai, terus bergerak menyusup ke balik coliku. Degup jantungku bertambah kencang dan nafasku makin memburu ketika kurasakan tangan kasarnya mulai menggerayangi dadaku, apalagi jari-jarinya turut mempermainkan putingku. Tanpa terasa pula lidahku mulai aktif membalas permainan lidahnya, liur kami menetes-netes di pinggir mulut.

Nasib Rina tidak beza jauh denganku, Pak Abu mendakapnya dari belakang lalu tangannya mulai meramas tetek Rina dan tangan satunya lagi menaikkan skirt paras lututnya sambil meraba-raba paha Rina yang jenjang dan mulus. Satu-persatu kancing baju Rina dilucut sehingga nampaklah colinya yang berwarna merah muda, belahan dadanya, dan perutnya yang rata. Melihat tetek 36B Rina yang menggemaskan itu Pak Abu makin bernafsu, dengan kasar coli itu ditariknya turun dan menyembullah tetek Rina yang montok dengan puting merah tua.

“Whuua.. ternyata lebih indah dari yang di foto, mimpi apa saya boleh merasakan foto model seperti Cik Rina,” katanya. Pak Abu menghempaskan diri ke sofa, dibentangkannya lebar-lebar kedua belah kaki Rina yang berada di pangkuannya. Tangannya yang semula mengelus-elus pahanya mulai bergerak ke kelangkangnya, jari-jari besarnya menyelinap ke pinggir celana dalam Rina. Ekspresi wajah Rina menunjukkan rasa pasrah tidak berdaya menerima perlakuan seperti itu, matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. “Eeemhh.. uuhh.. jangan Pak Abu, tolong hentikan.. eemhh..!”

Kemudian Pak Abu mencempung tubuh Rina, mereka menghilang di balik kamar meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Setelah menaikkan baju dan coliku, kini tangan Pak Alang membuka zip celana panjangku. Dia merapatkan tubuhku pada tembok. Aku memejamkan mata berusaha menikmati perasaan itu, kubayangkan yang sedang menggerayangi tubuhku ini adalah boy friendku, Farid. Tua bangka ini ternyata pintar membangkitkan nafsuku. Sapuan-sapuan lidahnya pada putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja.

Sekarang kurasakan tangannya sudah mulai menyelinap ke balik celana dalamku, diusap-usapnya permukaan kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu halus lebat itu.

“Sshh.. eemhh..!” aku mulai meracau tidak keruan saat jari-jarinya memasuki vaginaku dan memainkan klitorisnya, sementara itu mulutnya tidak henti-hentinya mencumbu tetekku, sadar atau tidak aku mulai terbawa nikmat oleh permainannya.

“Hehehe.. Cik mulai terangsang ya?” ejeknya dekat telingaku.

Tiba-tiba dia menghentikan aktivitinya dan dengan kasar didorongnya tubuhku hingga terjatuh di sofa. Sambil berjalan mendekat dia melepas pakaiannya satu persatu. Setelah dia membuka celana dalamnya tampak olehku kemaluannya yang sudah menegang dari tadi. Gila, ternyata penisnya besar juga, sedikit lebih besar dari boy friendku dan dihiasi bulu-bulu yang sudah beruban. Kemudian dia menarik lepas celanaku beserta celana dalamnya sehingga yang tersisa di tubuhku kini hanya baju lengan panjang dan coliku yang sudah terangkat.

Dibentangkannya kedua belah pahaku di depan wajahnya. Tatapan matanya sangat mengerikan saat memandangi daerah selangkanganku, seolah-olah seperti monster lapar yang siap memangsaku. Pak Alang membenamkan wajahnya pada kelangkangku, dengan penuh nafsu dia melahap dan menyedut-nyedut vaginaku yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan klitorisku. Sesekali dia mengorek-ngorek lubang kemaluan dan anusku. Perlakuannya sungguh membuat diriku serasa terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang diiringi erangan nikmat.

Tidak lama kemudian akhirnya kurasakan tubuhku mengejang, aku mencapai orgasme pertamaku. Cairan cintaku membasahi mulut dan jari-jari Pak Alang.

“Sluurrpp… sluurpp.. sshhrrpp..” demikian bunyinya ketika dia menghisap sisa-sisa cairan cintaku. Disuruhnya aku membersihkan jari-jarinya yang berlumuran cairan cinta itu dengan mengulumnya, maka dengan terpaksa kubersihkan jari-jari kasar itu dengan mulutku.

“Cipap Cik Ana enak sekali,” puji Pak Alang sambil menyeringai. “Nah, sekarang giliran Cik Ana merasakan konek saya pula..!” katanya sambil melepas baju dan coliku yang masih melekat. Sekarang sudah tidak ada apapun yang tersisa di tubuhku selain kalung dan cincin yang kukenakan.

Dia naik ke wajahku dan menyodorkan pelirnya padaku. Ketika baru mau mulai, tiba-tiba telefon di dinding berbunyi memecah suasana. “Angkat telefonnya Cik, ingat saya tahu rahsia Cik, jadi jangan bercakap macam-macam,” ancamnya.

Telefon itu ternyata dari Farid, boy friendku yang mengetahui aku sedang di Rumah Rehat dari pembantu di rumahku. Dengan alasan yang dibuat-buat aku menjawab pertanyaannya dan mengatakan aku di sini baik-baik saja.

Ketika aku sedang bercakap mendadak kurasakan sepasang tangan mendekapku dari belakang dan dekat telingaku kurasakan dengus nafasnya. Tangan itu mulai nakal meraba tetekku dan tangan satunya lagi pelan-pelan menjalar turun menuju kemaluanku, sementara pada leherku terasa ada benda hangat dan basah, ternyata Pak Alang sedang menjilat leherku. Penisnya yang tegang saling berhimpit dengan pantatku. Aku sebenarnya mau berontak namun aku harus bersikap normal melayani celoteh boy friendku agar tidak timbul kecurigaan.

Aku hanya dapat menggigit bibir dan memejamkan mata, berusaha keras agar tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Malang bagiku, si Farid mengajakku berbual panjang lebar sehingga membuatku makin menderita dengan siksaan ini. Sekarang Pak Alang menyusu dariku, tidak henti-hentinya dia mengulum, menggigit dan menghisap putingku sampai memerah.

Akhirnya setelah 15 menit Farid menutup bualan, saat itu Pak Alang tengah menyusu sambil mengorek-ngorek kemaluanku, aku pun akhirnya dengan lega mengeluarkan erangan yang dari tadi tertahan.

“Heh, sopanlah sikit..! Bukankah tadi saya sedang berbual ditelefon…!” marahku sambil melepas pelukkannya.

“Hohoho.. maaf Cik, saya kan orang kampung jadi kurang tau sopan santun, eh.. itu tadi boy friend Cik ya? Tenang saja, lepas merasakan konek saya pasti Cik lupa sama boy friend itu..!” ejeknya dan dia kembali memeluk tubuhku.

Disuruhnya aku duduk di sofa dan dia berdiri di hadapanku, penisnya diarahkan ke mulutku. Pertama kali dalam hidupku aku terpaksa melayan penis orang asli. Penis coklat kehitaman penuh urat yang masih berkulup itu bentuknya aneh. Berbeza dengan kepunyaan Farid dimana kepala penisnya tidak ditutupi apa-apa. Kawan-kawanku mengatakan ada sesuatu di bawah kulit kulup. Atas perintahnya kukocok dan kulurut penis itu, pada awalnya aku hampir muntah mencium penisnya yang agak berbau itu, namun dia menahan kepalaku hingga aku tidak dapat melepaskannya.

“Hisap, hisap yang kuat Cik, jangan cuma dimasukkan saja ke mulut..!” suruhnya sambil terus memaju-mundurkan penisnya di mulutku.

Sayup-sayup aku dapat mendengar erangan Rina dari dalam kamar yang pintunya sedikit terbuka itu.

“Sedapkan Cik butuh tak sunat.” Orang asli itu makin seronok membuliku.

Lama kelamaan aku sudah dapat menikmatinya, tangannya yang bergerak lincah mempermainkan tetekku dan memutar-mutar putingnya membuatku semakin bersemangat mengulum dan menjilati kepala penis berkulupnya.

“Ya.. begitulah Cik, ayuh.. terus.. Cik jilat hujungnya, eeh.. bagus..!” desahnya sambil menarik rambutku. Selama 15 minit aku mengkaraokenya dan dia mengakhirinya dengan menarik kepalaku.

Setelah itu dibaringkannya tubuhku di sofa, dia lalu membuka lebar-lebar kedua pahaku dan berlutut di antaranya. Aku memejamkan mata menikmati detik-detik ketika penisnya menerobos vaginaku.

Rupanya orang asli ini masih sabar. Dibelainya vaginaku dengan tangan kasarnya, klitorisku dipicit-picit, bibir vaginaku yang telah basah diusap-usap. Aku geli bercampur nikmat. Tidak habis disitu, lidahnya kemudian menjilat klitoris dan bibir vaginaku dengan rakus. Lidah kasar orang asli itu membuat aku terbuai kelazatan. Dalam hati aku terfikir, apakah Pak Alang melakukan hal yang sama kepada isterinya.

Akhirnya Pak Alang tak tahan lagi menahan nafsunya. Diacunya kepala penisnya ke muara vaginaku. Ditekan perlahan dan kepala penisnya meluncur mulus sampai menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati perkosaan ini, aku tidak perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah pembantuku yang menjaga Rumah Rehatku.

Sambil menyetubuhiku bibirnya tidak henti-hentinya melumat bibir dan tetekku, tangannya pun selalu meramas tetek dan pantatku. Erangan panjang keluar dari mulutku ketika mencapai klimaks, sekujur tubuhku mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi tubuhku sehingga kelihatan mengkilat. Tanpa memberiku kesempatan berehat dia menaikkan tubuhku ke pangkuannya. Aku hanya pasrah saja menerima perlakuannya.

Setelah penisnya memasuki vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Pak Alang menikmati goyanganku sambil ‘menyusu’ tetekku yang tepat di depan wajahnya, tetekku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Aku terus mempercepat goyanganku kerana merasa sudah mahu keluar, makin lama gerakanku makin liar dan eranganku pun makin tidak keruan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai aku menjerit histeria sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat yang kuperoleh walaupun bukan dengan lelaki muda dan tampan.

Kali ini dia membalikkan badanku hingga menungging. Disetubuhinya aku dari belakang, tangannya bergerak bebas meraba lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat lelaki seumur dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, atau mungkin sebelumnya dia sudah minum obat kuat, tongkat ali atau sejenisnya, ah.. aku tidak perduli hal itu, yang penting dia telah memberiku kenikmatan luar biasa.

Sudah lebih dari setengah jam dia menggarapku. Tidak lama setelah aku mencapai klimaks berikutnya, dia mulai mengeluh panjang, sodokanya makin kencang dan kedua tetekku diramasnya dengan ganas sehingga aku berteriak merasakan sakit bercampur nikmat. Setelah itu dia menarik keluar penisnya dan naik ke dadaku. Di sana dia menjepitkan penisnya yang sudah licin mengkilat itu di antara kedua tetekku, lalu dikocoknya sampai maninya memancut dengan deras membasahi wajah dan dadaku.

“Lain kali saya pancut dalam burit Cik. Butuh tak bersunat ada baja. Benihnya akan tumbuh subur dalam perut Cik.” Orang asli tua itu berceloteh.

Aku sudah kehabisan tenaga, kubiarkan saja maninya berlumuran di tubuhku, bahkan yang mengalir masuk ke mulut pun kutelan sekali. Sebagai ‘hidangan penutup’, Pak Alang menempelkan penisnya pada bibirku dan menyuruhku membersihkannya. Kujilati penis itu sampai bersih dan kutelan sisa-sisa maninya. Penis yang mengeras mula mengecut dan memendek. Kepala penis yang terbuka pelan-pelan bergerak ke belakang kembali ke sarungnya dan menghilang ke dalam kulit kulup. Selepas itu dia meninggalkanku terbaring di sofa, selanjutnya aku tidak tahu apa-apa lagi kerana sudah tidak sadarkan diri. Aku terlena pulas di sofa.

Untung Jadi Cikgu Episod 1

Sewaktu tamat pengajian di sebuah IPTA aku menjadi penganggur secara rasminya. Untuk mengisi masa dan kocek sementara memohon pekerjaan yang diidam-idamkan aku memohon menjadi seorang guru sandaran di sebuah sekolah menengah.

Aku diterima mengajar di sebuah sekolah menengah di kawasan bandar dan mengajar mata pelajaran bahasa melayu dan pendidikan jasmani tingkatan 4. Walaupun guru bukan kerjaya pilihan, namun aku melakukan dengan sebaik yang mungkin. Tambahan pula di sekolah itu bahasa melayu merupakan pelajaran bermasalah kerana majority pelajarnya berketurunan cina selain sebilangan kecil kaum bumiputera yang berbahasa melayu ala-ala bahasa pasar.

Pada awalnya tugasku berjalan lancer. Guru-guru pula memberi sokongan kepada ku kerana prestasi pelajaranku mulai menampakkan perubahan. Cuma yang kurang kugemari adalah sikap dan mentality keluarga pelajarku yang agak meterialistik dan memandang rendah kepada golongan guru. Yang paling ketara adalah keluarga muridku yang bernama Jennie. Bapanya sering memandangku dengan pandangan yang kurang enak. Namun demikian Jennie merupakan pelajarku yang agak lemah dan sering mendapat markah yang cukup-cukup makan dalam pelajaran Bahasa Melayu.

Aku mulai menggumpul beberapa orang pelajar yang lemah dalam subjekku dan menggadakan kelas bimbingan pada sebelah petang di rumah sewaku. Kelasku berjalan agak lancar dan mendapat respon yang baik dari semua pihak. Setiap hari 6 orang pelajar lelaki dan 7 orang pelajar perempuan mengikuti kelas itu. Menurut Jennie ayahnya kurang bersetuju dengan kelas tersebut dan enggan menghantarnya. Tugas tersebut diambil alih oleh ibu Jennie. Tugas murniku menjadi semakin seronok dengan ganjaran yang ku peroleh. Walaupun tidak mengenakan sebarang yuran, ada di kalangan ibu bapa yang membayarku dengan kadar yang boleh dikatakan agak lumayan. Selain itu ganjaran mata turut kuperoleh kerana menjadi kebiasaan budak budak cina pakai yang ringkas dan pendek-pendek.

Disebabkan rumah sewa setingkatku agak kecil, aku membahagikan pelajar kepada 2 kumpulan kecil. Yang benar-benar lemah aku tempatkan di bilik tidur tamu yang kuletakkan sebuah meja manakala yang lain di ruang tamu. Sesi 2 kali seminggu berjalan baik dan kesemua prestasi pelajarku semakin meningkat. Semasa cuti penggal pertama, aku dikejutkan dengan satu peristiwa. Pada awal pagi Selasa, seseorang mengetuk pintu rumah sewaku. Aku yang hanya berkain pelikat tanpa baju membuka pintu. Alangkah terkejutnya akumelihat seorang wanita cina berdiri di depan pintu rumahku. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Mary Wong atau ibu Jennie dan membawa buah-buahan sebagai tanda terima kasih atas usahaku sehingga Jennie memperoleh gred B buat pertama kalinya dalam subjek BM. Ak mempersilakan Puan Mary masuk lalu menghidangkan teh.

Kami terus berbual-bual tentang pelajaran Jennie. Apabila aku bertanyakan suaminya, muka Puan Mary berubah muram. Menurutnya Suaminya seorang usahawan yang sangat sibuk dan jarang berada di rumah kerana selalu out station. Aku lihat Puan Mary mudah mesra dan masih seksi. Walaupun usianya 35 tahun namun perwatakan dan gayanya jauh lebih muda dari usianya. Jennie pula merupakan anak tunggal. Puan Mary rupa-rupanya ingin meminta aku menggajar Jennie secara individu kerana katanya Jen nie mudah faham ajaranku. Pada mulanya aku keberatan namun bersetuju bila mengenangkan minat dan keinginan Jennie yang timbul dalam subjek itu.

Seminggu selepas itu aku mula tugas baru di rumah Puan Mary. Aku mengajar 3 kali seminggu bermula 7 petang hingga 9 malam. Kami belajar di bilik study di tingkat bawah. Tugasku berjalan lancar. Sesekali aku ada terserempak dengan Encik Wong namun dia buat tak tahu saja. Aku pun malas jugak tengok mukanya yang menyampah tu. Satu hari tu aku mengajar Jennie apabila Puan Mary menghantar minuman ringan kepada kami. Beliau turut duduk memerhati gelagat anaknya belajar dengan wajah berseri-seri. Tiba-tiba pintu di buka dari luar dan muncul en wong sambil menyatakan sesuatu dalam bahasa cina. Puan Mary tergopoh gapah keluar dari bilik lalu naik ke tingkat atas mengikuti suaminya.

Memahami kebingunganku, Jennie memberitahu bahawa ayahnya akan out station 2 hari dan menyuruh ibunya mengemas barang-barang yang perlu dibawa. Jennie terus bercerita tentang keadaan ayahnya yang terlalu mengejar wang ringgit dan kurang memberi perhatian kepadanya. Setengah jam kemudian kelas kami tamat. Aku pun keluar dan mendapati Puan Mary sedang duduk di ruang tamu. Aku dapati dia berkeadaan lesu dengan rambut yang kurang terurus. Mukanya agak muram. Aku bertanyakan Encik Wong dan di beritahu bahawa Encik Wong telah bertolak sepuluh minit yang lalu. Jeannie masuk ke bilik tidurnya kerana hendak bermain video game. Tiba-tiba hujan turun dengan lebat menyebabkan hajatku untuk pulang tergendala.Al maklum kapcaiku tiada bumbung.

Aku terus berbual-bual dengan Puan Wong. Puan wong pula tanpa disuruh-suruh bercerita akan keadaan dirinya. Akhirnya penceritaannya sampailah kepada hubungannya dengan suami. Dia menceritakan tentang kesunyian hidupnya. Aku melayannya bercerita tanpa sedar hari semakin larut malam. Semakin lama kami seakin mesra bercerita manakala Jennie mungkin sudah tidur . Aku cuba menjadi kaunselor sambil memujuknya. Walaupun jarak umur kami lebih10 tahun bezanya namun aku dapati Puan Mary pada malam itu agak kebudak-budakan. Katanya suaminya hanya mementingkan kepuasan nafsunya dan selepas itu keluar dengan urusannya. Dia ditinggalkan keseorangan kerana Encik Wong seorang yang cemburu dan tidak suka dia bercampur dengan jiran-jiran atau saudara maranya.

Aku lihat Puan Mary amat sedih dan menahan tangisnya. Aku merapatkan diri lalu menepuk-nepuk perlahan bahunya untuk memujuk. Tiba-tiba uan Mary merangkulku sambil menangis. Dia memelukku dengan kuat untuk melepaskan perasaan yang terbuku di dalam hatinya. Aku membalas pelukannya sambil mengusap-usap rambut dan belakang badannya. Aku mengangkat mukanya lalu mencium dahi dan keningnya. Tanpa disangka-sangka Puan Mary menarik mukaku lalu mencium bibirku dengan rakus. Respon yang menarik itu membuatkan aku tidak berfikir panjang. Timbul di kepalaku wajah 20 sen Encik Wong. Inilah masanya untukku membalas keegoan encik Wong. Aku terus meramas seluruh tubuh Puan Mary yang kecil molek sambil menanggalkan pakaiannya. Aku mencium tengkoknya terus ke dadanya mencari puncak bukit. Setibanya di sana aku terus menjilat, mencium, mengusap dan menyedut bukit emas itu. Reaksi Puan Mary pula tidak ketahuan lagi. Esah dan erangnya mulai kedengaran. Dari bukitnya tanganku menjalar ke bawah meraba peha lalu singgah di lubuk emasnya. Aku dapati lubuk itu telah basah. Sesekali jemariku tiba di situ erangannya bertambah kuat.

Bila keadaan telah ku kawal aku segera menanggalkan pakaianku lalu menggeselkan zakarku ke muka lubuk itu. Tanpa membuang masa aku menghalakan zakarku ke pantatnya lalu kutekan perlahan-lahan. Pantatnya agak ketat walaupun telah basah lencun. Dengan sekali nafas aku menekan zakarku dengan kuat dan terbenamlah seluruh batangnya dalam lubuk berpuaka itu. Puan Mary memelukku dengan kuat serentak dengan tujahan pertamaku. Aku mula menarik dan memasukkan zakarku ke lubang pantatnya dengan gerakan perlahan. Baru beberapa kali tujahanku Puan Mary memelukku sambil mengerang dan mengejang tubuhnya. Aku teruskan tugasku membenam dan menarik zakarku kerana kenikmatan ini tidak harus berhenti di situ. Lubang pantatnya yang sempit itu aku terokai dengan tujahan yang semakin lama semakin laju. Rengekan Puan Mary pula semakin lama semakin tidak tersusun. Beberapa kali tubuhnya kekejangan.Air maniku yang telah lama bertakung pula semakin tiba ke kepala zakarku. Apabila aku tidak berdaya menahan lagi aku menekan zakarku sedalam-dalamnya lalu melepaskan beberapa letusan air ke dalam farajnya. Aku berehat di atas tubuh Puan Mary kerana keletihan dengan zakar yang terendam di dalam farajnya.

Setelah mencabut zakarku, puan Mary mengambil pakaiannya lalu berlari ke bilik tandas di tingkat bawah. Aku menyarung pakaianku lalu duduk bersandar di sofa empuk yang menjadi tempat pertarungan. Tidak lama kemudian Puan Mary tiba dengan hanya memakai bra dan pantie lalu duduk di sisiku sambil tangannya memelukku dengan manja. Thanks so Much katanya pada ku. Hampir 10 tahun saya tidak menikmati kepuasan seperti ini, Katanya lagi.Dia turut memuji saiz zakarku yang besar, panjang dan kuat tidak seperti suaminya yang hanya bertahan 5 – 10 minit. Hujan terus lebat di luar .

Tangan Puan Mary meramas-ramas zakarku yang lembik di dalam seluar jeansku. Tiba-tiba dia membuka butang seluarku lalu mengeluarkan adikku yang masih lembik dari seluar. Puan Mary memainkan adikku. Aku membiarkan dia memainkan adikku sambil bubirnya menciumku . Aku membiarkan dia menjelajah tubuhku dengan bibirnya. Akhirnya bibir puan Mary singgah di zakarku lalu menjilat zakarku yang belum bertenaga. Katanya zakarku amat kiut semasa lembik begitu. Dia mengulum zakarku dan menyedut ganas menyebabkan zakarku perlahan-lahan bangun dan berdiri tegak. Puan Mary memegang tanganku lalu menarikku ke bilik tidurnya. Sampai di bilik tidur aku dapati bilik tidur itu sunggu besar , kemas dan mewah perabotnya. Aku mencempung Puan Mary lalu mengangkatnya ke katil. Dia menanggalkan pakaiaanku satu persatu. Aku menanggalkan cangkuk branya lalu melurutkan pantiesnya ke bawah. Puan Mary memelukku dan mencium bibirku dengan rakus.

Aku menghentikan serangannya lalu menariknya ke bilik mandi. Kami masuk ke tub mandi dan membersihkan badan pasangan. Sambil mandi kami saling meraba dan meramas bahagian tubuh. Aku dapati tubuh Puan Mary sememangnya terjaga dengan ukuran tubuh yang sempurna. Aku juga bertuah kerana lubuk puakanya masih sempit dan belum lunyai dibalun Encik Wong.

Selesai mandi kami berpindah ke katil besar. Di situ aktiviti menjilat, mencium kami berterusan. Akhirnya kami membuat posisi 69 . Aku menjilat lubuk puaka Puan Mary dan sesekali menyedut kelentitnya. Puan Mary pula melakukan aktiviti blowjobnya. Aku menusuk lidahku ke lubuk puakanya menyebabkan tangannya memelukku dengan erat. Pantatnya telah lencun kukerjakan. Akhirnya aku kembali ke posisi yang sesuai. Puan Mary bangun lalu menolah tubuhku hingga aku terbaring. Dia mencapak di atas tubuhku lalu mencari zakarku. Dia memegang zakarku lalu merapatkan lubang pantatnya. Dengan gerakan perlahan dia menekan masuk kepala zakarku kedalam pantatnya sehingga keseluruhan batangku terbenam dalam farajnya. Puan Mary memainkan peranan manakala aku sekali-sekala merejam zakarku ke lubangnya. Selang beberapa minit gerakan Puan Mary semakin laju dan akhirnya dia menghenyak dan menekan pantatnya sambil mengemut kuat. Tubuhnya seakan kekejangan lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku. Aku membiarkan zakarku berendam seketika.

Aku mengangkat Puan Mary dan mengatur posisinya. Dalam keadaan separuh bersujud, aku menghalakan zakarku ke pintu farajnya dari arah belakang. Gerakan tekan tarik yang kulakukan membuatkan puan Mary kembali bersemangat. Dengusan dan rengekannya kembali bergema. Nafasnya semakin tidak keruan. Aku melajukan gerakan sorong tarik sehinggalah Puan Mary mengejangkan tubuh dan mengemutkan farajnya untuk kali kedua.

Aku membalikkan Puan Mary dan mengangkat kedua belah kakinya. Kedua dua belah kakinya kusangkutkan ke bahuku lalu aku memantatnya dengan posisi pintu farajnya merapat. Sorong tarikhku semakin laju apabila kenikmatan yang kurasa semakin tiba ke kemuncaknya. Puan Mary pula mengemutkan kemaluannya dan klimak. Serentak itu dengan satu tekanan yang kuat aku melepaskan airmaniku jauh ke dasar farajnya . Puan Mary aku lihat keletihan . Kami berbaring di katil dan tidak lama kemudian Puan Mary tertidur dalam senyuman kerana menikmati batang melayu yang bersunat ini.

Aku berasa kehausan lalu memakai pakaianku. Aku keluar dari bilik lalu menuju ke dapur untuk minum. Aku dapati lampu di dapur terpasang. Rupa-rupanya Jennie sedang minum di meja makan. Jennie agak terkejut melihatku. Aku memberitahu ibunya menyuruh aku tidur di situ kerana hujan di luar belum berhenti. Jennie mengangguk faham dan menuang jus oren untukku. Jam ketika itu menunjukkan pukul 12.30 malam. Jennie memberitahuku bahawa dia sering chatting atau melayari internet pada malam Sabtu dan Ahad sehingga awal pagi. Kami berpindah ke ruang tamu dan menonton televisyen. Jennie ketika itu memakai baju tanpa lengan dan berseluar pendek.(Pakaian rasm tidur).Dari sinaran lampu masih dapat ku lihat baying-bayang bukit yang ranum kerana dia tidak memakai bra selain t shirt yang dikenakan agak nipis dan transparent. Kami duduk bersebelahan sambil berbual-bual.

Bersambung...

Nasib Kak Tasha

“Pak Sudin, cepat. Kenapalah lembab sangat.” Tasha kakakku mengherdik pemandu kami Pak Sudin.

Pak Sudin terkocoh-kocoh menghampiri Kak Tasha. Lelaki berusia 40 tahun itu membongkok menghormati Kak Tasha.

“Ambil barang ni, masukkan ke dalam kereta. Orang tua pemalas.”

Aku hanya memerhati. Pak Sudin berlari anak mengambil plastik barang dan dimasukkan ke dalam boot kereta. Barang-barang tersebut baru saja kami beli di sebuah supermarket terkemuka.

“Cepat Pak Sudin, dah lambat ni. Pak Sudin tak makan nasi ke?”

Pak Sudin cepat-cepat membuka pintu kereta mempersilakan Kak Tasha naik. Aku hanya geleng kepala. Kak Tasha boleh membuka sendiri pintu kereta tapi dia masih memerintah Pak Sudin membuka untuknya. Setelah aku dan Kak Tasha berada dalam kereta, Pak Sudin tak berlengah memecut kereta menuju ke rumah..

“Pak Sudin, kenapa laju sangat. Nak mampus ke?” tengking Kak Tasha. Aku tak faham perangai Kak Tasha. Tadinya dikatakan telah terlambat, bila Pak Sudin melajukan kereta di katakan Pak Sudin memecut.

Bila menyusur keluar ke lebuh raya, Pak Sudin membawa kenderaan dalam kelajuan 110km perjam. Pak Sudin teliti orangnya kerana itu dia tak mahu dikenakan saman kerana melebihi had laju.

“Pak Sudin bawa kereta terkemut-kemut macam kura-kura kenapa? Lajulah sikit.”

Kenapa Kak Tasha ni, datang bulan ke?. Aku makin tak faham perangai Kak Tasha. Tadinya dikatakan Pak Sudin memecut, sekarang dimarahi Pak Sudin kerana lambat. Perangai Kak Tasha yang selalu menengking pemandu dan orang gaji selalu ditegur oleh ibu tapi Kak Tasha tak pernah berubah. Puteri tunggal papa dan mama ini memang keterlaluan. Dia tak pernah menghormati pekerja yang lebih tua usianya.

Aku sendiri pun tak menyenangi perangai Kak Tasha.. Kakakku yang berusia 18 tahun itu agak keterlaluan. Perangai buruknya itu tak sepadan dengan wajahnya yang cantik. Kalaulah perangainya sedikit lemah lembut maka sempurnalah dirinya sebagai gadis impian jejaka.

Suatu malam ketika aku dan Kak Tasha sedang santai menonton TV di ruang tamu, tiba-tiba Pak Sudin muncul bersama tukang kebun kami Pak Leh. Waktu itu di rumah hanya tinggal aku dan Kak Tasha kerana ayah dan ibuku pulang ke kampung kerana nenek perlu berbincang mengenai pusaka. Di tangan mereka berdua ada pisau tajam sepanjang 10 inci. Aku menjadi kecut melihat wajah Pak Sudin dan Pak Leh yang garang. Selama ini mereka hanya menurut saja perintah Kak Tasha.

Ketika itu kakakku baru pulang setelah pergi bersama temannya menonton wayang. Baju yang dipakainya sungguh sendat dan pendek menampakkan lubang pusat. Fesyen terbaru, itulah kata Kak Tasha. Pak Sudin segera mendekati Kak Tasha yang berdiri ketakutan di tepi dinding melihat dua bila pisau tajam berkilat. Tangannya dengan cepat meraba-raba pipi Kak Tasha yang putih mulus. Kak Tasha cuba menepis tapi tangannya dipegang erat oleh Pak Sudin. Kak Tasha kelihatan meringis kesakitan.

“Budak ni cantik dan manis. Aku ingin menikmatinya malam ini. Sudah lama aku teringin nak merasa lubang buritnya. Aku terangsang bila dia berpakaian begini.” Pak Sudin berkata kepada Pak Leh.

“Jangan kurang ajar Pak Sudin. Kamu hanya pemandu. Aku majikan kamu.” Kak Tasha cuba membantah tindakan Pak Sudin.

“Aku memang kuli yang boleh kau perintah. Malam ini kau ikut perintah kami,” Pak Sudin menjawab bengis.

Aku terkejut juga melihat kebengisan Pak Sudin. Selama ini aku lihat Pak Sudin macam orang bodoh saja. Terlari ke sana terlari ke sini mengikut perintah Kak Tasha. Malam ini Pak Sudin berubah sama sekali.

Tiba-tiba kedua tangannya dengan cepat meraih payudara Kak Tasha dan segera meramas-ramasnya dengan ganas. Kak Tasha yang telah tersandar pada dinding, tidak dapat mengelaknya.

“Adduhhhh…, jangaaann…!” jerit Kak Tasha terperanjat menerima perlakuan kasar dari Pak Sudin tersebut..

Perlakuan Pak Sudin dah melampau. Aku geram dan marah. Aku meluru kepada Pak Sudin dan menendangnya. Badannya aku pukul sekuat tenagaku. Tapi kudratku tak setanding kudrat Pak Sudin dan Pak Leh. Mereka mengilas tanganku dan menampar pipiku. Pedih dan perih terasa di kulit pipiku. Kak Tasha terjerit-jerit melihat aku dibuli oleh kedua lelaki itu. Keluar segala maki hamum dari mulutnya.

“Kamu jangan macam-macam, jangan jadi bodoh. Atau kami bunuh kamu,” jerkah Pak Sudin sambil meletakkan pisau tajam ke leherku.

“Pak Leh, ikat budak ni. Biar dia tengok kita kerjakan kakaknya.”

Pak Leh menoleh ke arahku. Aku di seret ke kamar Kak Tasha. Sementara Pak Sudin mencempung Kak Tasah dan dihumban ke katil Kak Tasha. Aku didudukkan di atas kerusi dalam bilik Kak Tasha dan diikat dengan tali rapia yang dikeluarkan dari poket Pak Leh.

“Dengar Tasha, kalau tak menurut arahan kami adik kamu akan kami bunuh. Lepas itu kamu juga akan kami bunuh selepas kami puas mengerjakan kamu,” Pak Sudin memberi arahan dengan suara tegas dan bengis.

Takut dengan ancaman bunuh, Kak Tasha tidak lagi menjerit. Dia patuh dan pasrah segala kemungkinan yang akan menimpanya. Melihat Kak Tasha diam tak melawan, tanpa membuang masa Pak Sudin mendekati Kak Tasha yang terbaring di katil dan mula mencium muka Kak Tasha. Pipi dan hidung Kak Tasha di jilat-jilat seolah-olah ingin menikmati betapa licin dan mulusnya pipi Kak Tasha.

Pak Sudin kemudian mengucup dan menggigit bibir mungil Kak Tasha. Bibir hitam Pak Sudin mengisap dua ulas bibir Kak Tasha yang merah basah. Kak Tasha mengeleng-ngeleng kepalanya kerana tak tahan bau rokok daun nipah yang keluar dari nafas Pak Sudin. Puas dengan bibir Kak Tasha, Pak Sudin dengan telapak tangannya yang kasar mula meraba dan meramas buah dada Kak Tasha yang sederhana besar.

Badan Kak Tasha menggeliat-geliat, dia cuba melawan. Tapi sia-sia kerana Pak Leh sedang memegang kedua kakinya sementara Pak Sudin memegang tangannya. Pak Leh juga tidak mau kalah, skirt pendek Kak Tasha ditarik ke bawah. Sepasang paha putih dan mulus milik Kak Tasha terdedah. Celana dalam warna pink kelihatan. Pak Leh dan Pak Sudin tertawa keseronokan. Tangan kasar Pak Leh yang selama ini bermain dengan tanah, pokok dan baja kini merayap di paha mulus Kak Tasha. Perlahan-lahan tangan kasar itu mengusap belahan di antara kedua pangkal paha Kak Tasha yang masih ditutupi celana dalam.

Tidak cukup sampai di situ, Pak Leh memasukan jari hantunya ke dalam celana Kak Tasha dan seterusnya berlegar ke dalam kemaluan Kak Tasha yang masih rapat. Badan Kak Tasha hanya mampu menggeliat-geliat saja dan pinggulnya bergerak ke kiri ke kanan cuba menghindari tangan dan jari kasar Pak Leh.

“Jangan, jangan. Aduhhh.. sakitnya.” Kedengaran suara Kak Tasha. Aku hanya memerhati tak berdaya.

Kak Tasha menggelengkan kepalanya kiri kanan. Dari sudut matanya mengalir air jernih mengenangkan maruahnya dicemar begitu rupa. Sungguhpun tanpa rela, gerakan jari Pak Leh di kemaluannya menimbulkan rasa geli kepada Kak Tasha. Perlahan-lahan aku dapat melihat celana dalam warna pink Kak Tasha mula basah.

Pak Sudin makin rakus dan gelojoh. Baju ketat Kak Tasha disentapnya. Kak Tasha sekaran terbaring separuh bogel. Badan mulusnya hanya ditutupi bra dan celana dalam. Pak Sudin mula meraba buah dada Kak Tasha yang ditutupi bra yang sama warna dengan seluar dalamnya.

“Sedap susu budak celupar ni.” Pak Sudin tersenyum-senyum melihat gunung kembar Kak Tasha.

Kemudian dengan perlahan-lahan Pak Sudin membuka bra Kak Tasha. Mata Pak Sudin dan Pak Leh terbuka lebar kerana terpesona menatap payudara Kak Tasha yang sangat indah itu. Buah dada Kak Tasha putih mulus, tidak terlalu besar, padat berdiri tegak dengan hujung putingnya warna coklat muda. Putingnya kelihatan mengeras mungkin kerana rangsangan tangan-tangan kasar tukang kebun dan pemandu.

“Cantiknya susu budak ini.” Pak Sudin tak dapat menyembunyikan kekagumannya.

Pak Sudin meraba-raba dan meramas-ramas perlahan buah dada Kak Tasha. Pak Leh tak mau kalah, seluar dalam merah muda milik Kak Tasha ditarik dengan kasar dan dilorot ke kaki. Seluar kecil itu diramas-ramas dan dicium oleh Pak Leh.

“Sedap pula baunya.” Pak Leh bersuara.

“Burit anak dara, tentu sedap baunya.” Pak Sudin menambah.

Kak Tasha benar-benar telah berada dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa seurat benang pun yang melekat di tubuhnya, terkapar tak berdaya dengan tangan-tangan hitam kasar mirip tangan-tangan sotong gurita yang sedang meneroka lekuk-lekuk tubuh yang molek itu.

Pada bahagian bawah tubuh Kak Tasha yang membukit kecil di antara kedua pahanya yang putih mulus itu, kemaluannya yang kecil berbentuk garis memanjang yang menggelembung pada kedua pinggirnya, tampak ditutupi oleh bulu kemaluannya yang lebat yang berwarna coklat kehitaman. Pertama kali aku melihat kemaluan Kak Tasha.

“Lebat bulu budak ni. Aku suka burit anak boss”, Pak Sudin tersenyum gembira.

Pantas Pak Leh meraba-raba dan mengelus-elus bulu kemaluan Kak Tasha sambil membuka kedua paha Kak Tasha makin melebar. Terlihatlah lubang kemaluannya yang masih rapat. Tangan hitam dan kasar itu segera menjamah lubang yang sempit itu sambil menggosok-gosokan ibu jarinya pada tonjolan daging kecil yang terletak di bagian atasnya. Sementara puting susu Kak Tasha sedang dihisap oleh Pak Sudin dengan lahapnya sambil sesekali mempermainkan putingnya dengan ujung lidahnya. Kak Tasha yang tidak berdaya hanya menggeliat-geliat dan terdengar suara erangan keluar dari mulutnya.

Aku lihat Pak Sudin tidak menunggu lama. Baju dan seluarnya di buka. Tampaklah batang kemaluannya yang telah tegang, berwarna hitam pekat, besar dengan bahagian kepalanya yang bulat mengkilat dan bagian batangnya yang dikelilingi oleh urat-urat menonjol, terlihat sangat mengerikan. Setelah selesai melepaskan seluruh bajunya, dengan cepat Pak Sudin kembali naik ke tempat tidur dan merangkak di atas badan Kak Tasha. Pak Sudin membongkok di antara kedua paha Kak Tasha. Pak Leh membantu dengan paksa dibuka lebar paha mulus Kak Tasha. Mata Kak Tasha kelihatan terbeliak melihat benda hitam besar di antara kedua paha Pak Sudin itu.

Badan Kak Tasha terlihat bergetar halus, agaknya Kak Tasha telah merasa ngilu pada kemaluannya membayangkan benda hitam besar itu nantinya akan merobek-robek kemaluannya dengan ganas. Aku yang melihatpun terasa ngeri. Pak Sudin tersenyum puas.

Dengan sebelah tangan bertumpu pada tilam di samping badan Kak Tasha, tangan Pak Sudin yang satu lagi memegang batang pelirnya dan dengan perlahan-lahan digosok-gosokkannya pada bibir kemaluan Kak Tasha. Begitu kepala but*h Pak Sudin menyentuh kele*tit Kak Tasha, terlihat badan Kak Tasha menjadi kejang dan sedikit mengeliat. Pak Sudin meneruskan kegiatannya menggosok-gosok kepala pelirnya pada bibir kemaluan Kak Tasha. Akibat rangsangan berterusan dari Pak Sudin maka kemaluan Kak Tasah kelihatan basah dan licin. Basahny makin bertambah bila di kepala pelir Pak Sudin telah keluar air mazinya.

“Oh kamu juga terangsang ya!” Pak Sudin bersuara bila terasa kemaluan Kak Tasha kelihatan banjir dengan cairan licin.

Perlahan-lahan Pak Sudin mula menekan kepala pelirnya membelah bibir kemaluan Kak Tasha. Mendapat tekanan dari kepala pelir Pak Sudin, bibir kemaluan Kak Tasha tertekan ke bawah dan mulai terbuka dan karena kemaluan Kak Tasha telah basah, akhirnya kepala pelir PakSudin mulai terbenam ke dalam lubang wanita Kak Tasha dengan mudahnya.

Disebabkan pelir Pak Sudin yang sangat besar, maka kele*tit Kak Tasha ikut terdorong masuk ke dalam lubang kemaluannya dan terjepit oleh batang pelir Pak Sudin yang berurat menonjol itu. Keadaan ini menimbulkan perasaan geli dan sekaligus nikmat yang amat sangat pada diri Kak Tasha, sehingga disertai badannya yang menggeliat-geliat, dan tanpa sedar terdengar suara erangannya yang memanjang.

Mendengar suara rengekan Kak Tasha, Pak Sudin makin terangsang. Pak Sudin menggandakan gerakannya. Tanpa lengah Pak Sudin segera menekan habis batang balaknya ke dalam lubang kemaluan Kak Tasha dengan ganasnya.

“Aadduuuhh…, sakiittt…!”, terdengar Kak Tasha menjerit ketika batang pelir Pak Sudin itu terbenam masuk ke dalam liang kemaluan Kak Tasha.

Pak Sudin makin ganas bila mendengar jeritan Kak Tasha. Pak Sudin mendorong dengan sekuat tenaga sehingga batang pelirnya tenggelam seluruhnya, sampai kedua pahanya yang hitam itu menekan dengan rapat paha putih mulus Kak Tasha yang terkangkang itu. Batang besar panjang Pak Sudin itu benar-benar menyiksa Kak Tasha. Semakin Kak Tasha terseksa, semakin puas Pak Sudin.

“Sempitnya lubang burit budak ni. Sedap.” Pak Sudin bersuara.

Pak Leh yang sedang meramas-ramas tetek Kak Tasha gelak terkekeh-kekeh. Pipi licin Kak Tasha diciumnya. Bibir merah lembut Kak Tasha dicium dan dijilat. Aku lihat nampak jijik bibir hitam lebam tukang kebun itu menggigit-gigit bibir Kah Tasha yang merah basah. Kak Tasha hanya menurut saja walau hatinya memberontak.

“Leh, cuba awak buka seluar budak tu. Biar dia tengok burit kakak dia.” Pak Sudin menunjuk ke arahku.

Pak Leh bangun dan bergerak ke arahku yang terikat di kerusi. Zip seluarku ditarik dan seluar dalamku ditarik ke bawah. Aku malu bila Kak Tasha memerhatiku tak berdaya. Batang pelirku melenting terpacak keras. Aku memang terangsang sejak tadi melihat tubuh indah Kak Tasha.

“Ehh.. budak ni pun terangsang juga.” Pak Leh bersuara.

“Biar dia terangsang gila. Kita kerjakan kakaknya habis-habis.” Sambung Pak Sudin.

“Lepas ni kita suruh dia kongkek kakaknya pula.” Pak Leh membuat saranan.

“Bagus idea awak. Sekarang kita puaskan diri kita dulu.” Pak Sudin bersetuju cadangan Pak Leh.

Sementara itu terlihat kemaluan Kak Tasha memerah menerima tekanan dan geseran-geseran dari pelir Pak Sudin yang besar itu. Sambil terus menyetubuhi Kak Tasha dengan ganas, gunung kembar Kak Tasha menjadi sasaran mulutnya. Kak Tasha hanya mampu merintih dan menjerit lemah. Badan Kak Tasha tiba-tiba mengejang dengan hebat sehingga bahagian pinggangnya melengkung ke atas.. Rupanya tanpa dapat dicegah, Kak Tasha mengalami orgasme dengan hebat. Beberapa saat lamanya badannya tersentak-sentak dan akhirnya Kak Tasha terkulai lemah dengan kedua kakinya terkangkang lebar. Benar-benar Kak Tasha mengalami kenikmatan yang hebat walaupun secara terpaksa.

Sekarang Pak Sudin memegang kedua pinggul Kak Tasha dan menariknya keatas, sehingga pant*t Kak Tasha terangkat dari tilam. Dengan posisi ini Pak Sudin dengan leluasa membenamkan pelirnya dalam-dalam ke lubang kemaluan Kak Tasha tanpa halangan. Pak Sudin menggerakkan punggungnya maju mundur makin laju. Badannya berpeluh-peluh dan mulutnya mengerang nikmat. Lubang sempit Kak Tasha membuatkan Pak Sudin makin mengganas kelazatan. Akhirnya Pak Sudin sampai ke garis penamat pelayarannya. Dia melepaskan maninya ke dalam rahim Kak Tasha. Terketar-ketar badannya bila benih-benihnya dipancutkan beberap kali. Beberapa ketika kemudian Pak Sudin rebah terbaring lesu di sisi Kak Tasha.

Sekarang giliran Pak Leh pula. Mula-mula dia memaksa Kak Tasha mengulum batang hitamnya yang tak kalah dengan batang Pak Sudin. Dengan keadaan terpaksa Kak Tasha patuh dan mengulum kepala bulat hitam berkilat. Aku lihat Kak Tasha seperti nak termuntah tapi Pak Leh menarik rambutnya.

“Aku bunuh kau kalau muntah,” ugut Pak Leh.

Setelah beberapa minit dikulum dan dihisap batang tua itu Pak Leh menarik keluar batang kerasnya yang basah lencun. Badan Kak Tasha ditariknya dan disuruh Kak Tasha merangkak. Kak Tasha menungging dengan punggungnya naik ke atas. Aku dapat lihat lurah merkahnya ternganga. Pak Leh merapat dari belakang dan membenamkan batang balaknya dari belakang. Pak Leh melanyak Kak Tasha dalam posisi anjing mengawan. Doggy style.

Lima minit Pak Leh menghenjutkan batang pelirnya. Akhirnya dia menghentak kuat dan badannya menggigil. Semburan demi semburan di lepaskan ke dalam lubang kemaluan Kak Tasha yang sudak tak berdaya. Dan akhirnya ketiga-tiga makhluk itu terbaring lesu di katil. Aku yang melihat rasa gelisah kerana batang pelirku terasa berdenyut-denyut.

Sepuluh minit kemudian Pak Sudin dan Pak Leh mengenakan pakaian mereka dan menghilang melalui pintu depan. Sejak kejadian itu mereka berdua tidak lagi muncul di rumah kami. Ibu dan ayahku bertanya-tanya kenapa Pak Sudin dan Pak Leh tak datang kerja. Aku dan Kak Tasha hanya berdiam diri.

Nikmat Orang Gaji

Zasmi. Itulah namaku. Umurku baru menjangkau 16 tahun dan masih bersekolah menengah. Aku tinggal dengan keluarga. Ibu, ayah, kakak dan seorang adik perempuan. Ayahku seorang ahli perniagaan dan mempunyai hasil pendapatan yang sungguh lumayan. Kami tinggal di sebuah banglow 3 tingkat di Ukay Height. Ayah dan ibu selalu tiada dirumah keranan menguruskan perniagaan. Tinggallah kami bertiga bersama dengan Mak cik Hendon, orang gaji kami. Walaupun telah berumur 40 an, namun paras rupa dan tubuh Mak Cik Hendon masih menawan. Dia tinggal dibilik bawah dan telah menjanda selama 2 tahun. Bilik adik pula ditingkat 2 bersebelahan dengan bilik ibubapa ku. Bilik aku dan kakakku yang berumur 22 tahun berada ditingkat tiga. Ayah pernah mempelawa kakak untuk bekerja dengannya. Namun kakak menolak. Kakak menjadi seorang pramugari dengan MAS. Dia selalu tiada dirumah. Dalam sebulan adalah 3 - 4 kali dia tidur dibiliknya. Dia selalu membawa kawannya yang bernama Zaidatul Akma bermalam dirumah kami. Malah pakaian Akma, panggilan manjanya, ada tersimpan dibilik kakak.

Aku seorang yang ketagih menonton filem-filem yang menghairahkan. Selalu kulepaskan nafsuku kedinding bilik air. Walaupun berumur 16 tahun, tiang seriku sungguh keras, besar dan panjang. Adalah lebih kurang 7.5 inci panjang. namun begitu, aku belum pernah menjalinkan hubungan seks dengan sesiapa. Terlintas dihati ini untuk keSiam, tetapi apakan daya. Aku tidak boleh membuat passport kerana masih dibawah umur. Selalunya, apabila terpandang coli dan seluar dalam didalam filem, nafsuku akan cepat naik. Tiang seri aku akan cepat menegak dan saperti berbisik-bisik supaya mencari sarungnya. Cuma yang mampu aku lakukan hanyalah menjelajah kebilik kakakku ketika dia tiada. Ku ambil coli dan seluar dalamnya dan juga Akma. Akan kutenung dan ku cium sepuas-puasnya dan membayangkan wajah-wajah yang manis dan cantik saperti Lady Diana, Liza Hanim, Amelina atau sesiapa saja termasuklah Mak Cik Hendon. Pada ketika itulah kelima-lima jariku memukul tiang seriku hingga tidak berdaya. Akan ku simpan kembali pakaian dalam itu saperti sediakala.

Suatu hari, ibu dan ayah keluar negeri untuk menguruskan perniagaan. pada ketika itu juga, adalah cuti penggal kedua persekolahan. Maka adikku, Marliana, mengikuti mereka. Maka tinggallah aku dan Mak Cik Hendon dirumah. Kakak pula akan kembali dalam masa 5 hari lagi. Aku saperti biasa dengan vcd lucahku. Setelah ibu, ayah dan Marliana ke lapangan terbang, aku masuk kebilikku dan menonton vcd lucah yang baru dibeli. Walaupun aku dibawah umur, aku mempunyai kaki yang menjualnya. Ketika asyik menonton, tiba-tiba pintu bilik diketuk. “Mesti mak Cik Hendon” gerak hatiku. Lalu ku buka pintu. Mak Cik Hendon bertanyakan aku samada mahu minum dan akan dihantarnya kebilikku. Aku hanya menggangguk. Aku terheran jugak, inilah pertama kali Mak Cik Hendon mahu menghantar minuman kebilikku. Ah, mungkin dia kesian kat aku yang keseorangan ini. Aku pun terus menyambungkan tontonan aku, Hardcore In Thailand. Tiang seriku telah mengeluarkan air mazi. Ketika itu aku hanya berseluar sukan pendek dan tidak memakai baju. Lambat pula Mak Cik Hendon membuat minuman. Dah dekat sepuluh minit. Tapi tak kesahlah.

Tiba-tiba pintu bilik dibuka. Memang aku tak pernah mengunci bilikku. Muncul Mak Cik Hendon dengan sedulang minuman sejuk dan buah anggur. Bau wangian segera menusuk kelubang hidungku. Aku ghairah. Pakaian Mak Cik Hendun telah bertukar. Dia hanya berkembankan tuala. Jelas kelihatan keputihan peha Mak Cik Hendun. Tak pakai coli ni. Tak nampak apa-apa dibahunya. Mak Cik Hendun tersenyum sambil matanya melekat pada jemariku yang sedang menggenggam tiang seri ku. Tidak kusedari tanganku masih disitu. Jelas kelihatan kepala seri yang berkilat dan berair. Kulepaskan dan masukkan semula kedalam. Mata mak Cik Hendun pula melirik pada kaca tv 29 inci yang sedang menyangkan filem hardcore. Aku tergamam. mak Cik Hendon menutup pintu dan menghampiriku. Hanya yang mampu aku lakukan hanyalah berdiam diri. “Best cerita tu ye.” tiba-tiba dia bersuara. Aku masih membisu. Dia meletakkan dulang diatas meja lalu berkata cuaca terlalu panas walaupun ketika itu pendingin dibilikku dipasang. “Boleh kita tonton sama-sama. Dah lama mak cik ingin tengok cerita macam ni,” dia bersuara lagi. Aku hanya mampu menganggukkan kepala. Lalu dia terus duduk disebelahku. Diatas sofa panjang. “Relaxlah Zasmi,” pinta Mak Cik Hendun sambil memberikan minuman dan anggur kepadaku. Aku saperti budak-budak yang mengikut perintah ibubapa ketika itu. Mak Cik hendun mula bersembang diselang seli dengan cerita-cerita lucu.

Satelah kekalutan aku hilang, dan debaran dada berkurangan, aku mula bersuara dan bersembang dengan Mak Cik Hendun. Kemudian kami bercerita tentang filem yang sedang ditonton. Tiang seriku masih tegak mengeras. “Zasmi pernah ke meniduri perempuan,” tiba2 mak cik bertanya. “Belum, siapalah yang sudi,”jawabku. Serentak itu tangan mak cik Hendun telah berada diatas seluar pendekku. lalu dimain dan diusap-usapnya perlahan-lahan tiang seriku yang masih didalam sangkar. Aku tidak menolak malah membiarkan saja. mak Cik terus merapatkan bibirnya ketelingaku. Dihembusnya kedalam dan dihisapnya dikeliling telinga ku. Aku menggeliat. pertama kali aku merasakan kenikmatan sebegitu. Mungkin aku akan dapat merasakan yang lebih hebat selepas ini, kata hatiku. Dan debaran dadaku semakin kencang. Mak cik meminta aku membuka mulut dan julurkan lidah. Sebaik terjelir saja lidahku, mak cik terus mengulum dan menghisap. Aku terasa sesak nafas. Tapi melazatkan. Dimain-mainnya lidahku. Mak cik menghulur lidahnya pula dan aku terus menghisapnya sambil bertekad untuk mempraktikkan segala apa yang aku tonton sebelum ini. Kami berkucup agak lama. Tangan aku mula merayau didada makcik yang masih bertuala. aku ramas-ramas buah dadanya yang menggunung. Masih tegang dan keras. Tangan mak cik pula telah masuk kedalam seluarku. Di genggamnya tiang seriku. Terasa nak tercabut. Ibu jarinya mengusap-ngusap dibawah kepala seriku. Oh…lazatnya….sedapnya.

Aku tidak sabar lagi untuk melihat kedua-dua buah dada dan bulu lurah pantatnya. Terus ku buka ikatan tuala. Maka terbentanglah kedua-dua gunung mak cik yang menegang yang lebih besar dari genggaman telapak tanganku. Putingnya hitam dan terdapat sedikit bulu. Aku geram. Terus ku hisap kedua-dua puting silih berganti. Tangan makcik memegang tangan kananku lalu diarahkan kepantatnya yang tidak berseluar dalam. Aku faham. Terus jemariku menyelak-nyelak bulu pantatnya. Terus kebawah lagi. Bibir lurahnya pula aku usap. Ku masukkan jari telunjukku kedalam rongga pantatnya dalam-dalam.Sambil ibu jariku mengusap kepala lurahnya. Aku cuba mencari manik nikmat makcik. Namun tak jumpa. Mulutku masih melekap dikedua gunung makcik. Putingnya kurasakan semakin mengeras. Walaupun telah berumur 40an, namun teteknya tetap tegang. Makcik saperti faham aku tidak dapat menjumpai maniknya. Diluaskan kangkangnya dan meminta aku melihat pada pantatnya. Diselak bibir lurahnya dan timbullah manik yang aku cari. “Itulah biji kelentik,” kat makcik. Aku terus mengusap dan kutarik-tarik manik itu. Makcik mula menggeliat. Betullah saperti yang aku tonton, apabila terpegang saja manik ini, perempuan tu akan menggeliat dan mengerang. Apatah lagi kalau dimainkan dan disedut dengan lidah.

“Sedap la Zas,”mak cik memanggil nama manjaku sambil dia membuak seluar pendekku. Aku tidak memakai seluar dalam, maka terpacaklah tiang seri aku yang telah betul-betul mengeras. Tak padan dengan umur kau, besar dan tegap. Makcik berkata. Diusap-usapnya dengan lembut tiang seri dan kedua-dua buah aku. Disorong tangannya keatas dan kebawah. Aku terasa sungguh nikmat dan tidak dapat mengawal tiang seri ku dari memuntahkan airnya. “Makcik…nak keluar dah makcik….ohhhh…uhhh….,” aku merintih dan terus memancutkan keluar air maniku. Tangan kiriku terus meramas kuat buah dada makcik. Terkeluarlah luahan rasa tiang seriku. Makcik hanya senyum dan terus mengulum tiang seriku. Aku kegelian. Namun kutahan jua. Dihisapnya kuat-kuat. Aku terasa macam nak tercabut tiang seriku. Aku tersandar disofa. Makcik masih terus mengulum dan memainkan lidahnya diseluruh batang dan kedua telurku. Selang 3 minit kemudian, syawat berahi aku naik semula. Tiang seriku yang pada mulanya mahu mengendur, mengeras semula. Makcik makin rancak mengulum. Sungguh nikmat yang tidak terhingga kurasakan. Itulah pertama kali tiang seriku dikulum. Tak kira lah oleh siapa. Anak dara ke… janda ke… yang penting… kesedapan yang tidak terhingga. Makcik Hendun tersenyum memandangku. Dia berjaya menaikkan semula berahi ku.

Aku makin berani. Aku turun dari kerusi dan terus meluaskan kangkangan makcik Hendun. Terserlahlah pantatnya dengan lurahan merkah.Aku bertambah geram. Kucium dan jilat kedua belah pehanya. Kemudian kedua-dua bibir lurahnya menjadi mangsa. Kugigit-gitgit ia. Makcik mengerang sambil menekapkan kepalaku supaya terus berbuat begitu. Ku cari maniknya. Sekali ni jumpa. Kumain-mainkan dengan lidah dan menghisapnya. Serentak dengan itu, makcik mengerang dengan lebih kuat. “Zassssssssssssssssssssssss…..”, sambil tersandar disofa. Air mazinya semakin banyak keluar. Kurasa kelat tapi sedap. habis kujilat dan telan apa jua air yang keluar. Sambil menghisap biji kelentit makcik, jari telunjuku menyorong tarik didalam pantatnya. “Zassssssssssss… makcik tak tahan lagi. Masukkan tiang seri Zas kesarungnya. Cepat Zassssssss…..” terkeluar kata-kata dari mulut makcik. Aku berdiri diatas lututku. Kuhunuskan tiang seriku kearah pantat makcik. Aku teringat filem yang aku tonton. Lelaki tersebut menggosok-gosok batangnya dibibir pantat. Sambil kepala batang menyentuh biji kelentit. Aku buat saperti itu. Makcik makin kuat mengerang. Dia tidak tertahan lagi lalu memegang tiang seriku dan mencucuh kedalam pantatnya. Aku pun terus menghentak masuk. Mudah. Saperti yang ditonton. Mungkin makcik ni dah beranak banyak. 9 orang. Itu sebab tidak ketat saperti yang aku pernah baca dalam buku-buku sex.

Oleh kerana zakarku yang besar dan panjang, kenikmatan tetap kurasa. Mungkin juga itu pertama kali tiang seriku dapat sarungnya. Jadi aku tidak dapat membezakan, adakah kenikmatan ini ada yang lebih tinggi tahapnya. Persoalan yang bermain difikiranku, kupatahkan. Yang aku tahu, aku mahu menikmati kenikmatan yang sedang terhidang. Terus ku tari keluar tiang seriku. Makcik pula sibuk mengayak dan menggoyang-goyangkan punggungnya. Sambil kedua tanganya memaut pinggang ku. Kedua kakinya pula mengepit pehaku. Sorong tarik sorong tarik sambil berkucupan dan bertukar-tuakr lidah. Sekali ini aku dapat bertahan. Mungkin kerana aku baru saja sampai kemuncak tadi.

Makcik menolak perlahan badanku sambil bersuara,” mari kita main atas katil, lebih selesa dan sedap.” Aku terus mengangkat makcik. Kedua tangan makcik memeluk leherku dan terus menuju kekatil. Kuat jugak aku. Tapi yang sebenarnya, nafsu aku yang kuat. Kuletakkan perlahan diatas katil dan terus menindihnya. Kedua putingnya kuhisap bersilih ganti. “Kita mulakan pelayaran” pinta makcik. Terus kutusukkan tiang seriku kedalam lurah yang terhidang. Makcik menarik tengkuk ku kebawah lalu mulut kami bertemu. Kedua kakinya mengepit pinggangku. Aku pula memluk makcik sekuat hati. Pelayaran diteruskan. Sorong tarik, ayakan demi ayakan, ngerang dan rintihan bertalu-talu. Aku semakin laju menghentak dan menarik. makcik pula semakin laju mengayakkan punggungnya. Dikemutnya tiang seriku. Terasa saperti ada benda lembut mengenggam tiang seriku. tetapi ianya jauh lebuh sedap dan lazat dari merancap. Aku sudah tak tertahan. Makcik tahu aku akan sampai kekemuncak. Makin kuat kemutannya. Aku tak dapat bertahan lagi. Aku hentak kuat dan sedalam-dalamnya lalu kulepaskan pancutan hangat. Serentak itu juga, makcik megerang kuat sambil memeluk dan mengepitku dengan lebih kuat lagi.”UUUHhhhhhhhhhhh……”terkeluar dari mulut makcik. Aku terasa saperti air hangat menyelubungi tian seriku. Tapi ianya lazat. Aku rasa makcik telah sampai kekemuncaknya.

Aku tercelapak diatas makcik dan masih memeluknya. kami berkucupan dan tersenyum. Ingin kutarik keluar tiang seriku, namun makcik tak benarkan. “Biarkanlah ianya disitu. Biarlah dia berehat. Itu memang tempatnya,” kata makcik sambil tersenyum manja. Tidak kusedari, aku tertidur diatas makcik. Itulah pertama kali aku merasakan perhubungan sex. Makcik Hendun telah mengajarku cara-cara permainan yang mampan. Satelah aku merasa sekali, aku ingin lagi.mahu lagi. Begitu juga makcik Hendun. Dia juga telah lama tidak ditiduri. Telah lama lurahnya kering tidak dijilat.

Aku terfikir, bagaimana makcik tahu aku mahu benar melakukan sex. Mungkin dia terjumpa vcd hardcore semasa mengemas bilikku. Mungkin dia menonton filem tersebut semasa ketiadaan ku dan membuatkan makcik Hendun gian. Dari hari kehari, pantang ada kesempatan, kami melakukan adengan ranjang. Makin bertambah pengalamanku. Bermacam-macam cara dan teknik yang diajar oleh makcik Hendun. Aku semakin matang. Aku telah dapat mengawal tiang seriku dari cepat muntah.

Namun, aku masih muda. Bernafsu tinggi. Aku kepingin pula memeluk badan yang lebih muda. Aku ingin pula menjilat lurah yang lebih sempit dan jitu. Aku mula membayangkan Akma. Apabila terlintas dia didepanku, tiang seriku dengan automatiknya mengeras. Akma mempunyai wajah dan badan yang lumayan. Kalu tidak masakan dia menjadi pramugari dan part time model. Tidak dapat kulepaskan nafsuku keatas Akma, maka makcik Hendunlah yang menjadi mangsa. Kadang-kadang dibiliku. Kadang-kadang dibilik makcik Hendun.

Obsesi Shaza

Namaku shaza, masih muda, seorang isteri dari suami yang sangat aku
cintai. Tetapi entah mengapa aku mempunyai obsesi yang teruk,
kurang ajar dan tidak tahu diri, tetapi belum pernah terpenuhi
hinggalah bertemu abang Sarip hari itu. Entah mengapa aku gila
inginkan seorang lelaki selain suamiku, lelaki yang macam mana tidak
penting, tetapi inginkan yang mempunyai batang yang besar dengan
tubuhnya yang berotot. Aku ingin tidur dengannya. Itu obsesiku, hingga
pada suatu hari kejadian itu terjadi.

Kerana ada sesuatu urusan, suamiku harus pergi ke Johor Baharu untuk
5 hari termasuk perjalanan. Aku tidak dapat ikut kerana kebetulan kami
ada membuat tambahan membaikan rumah, menambah ruang untuk
dapur dan aku bertanggung jawab agar semuanya dapat berjalan
dengan sempurna, termasuk mengawasi pekerjaan tukang-tukangnya.
Setiap hari kusiapkan minuman dan makanan sedikit untuk 3 orang
tukang batu dan kayu. Ketua kerja ialah abang Sarip orangnya agak
sasa. Umur abang Sarip, kira-kira berumur 45 tahun, orangnya cekap
dan rajin. Dan kebetulan juga tanpa ku sedari sebelumnya, orangnya
sasa dan berotot. Dengan kulitnya yang hitam manis, Sarip bekerja
ditimpa panas matahari dari pagi hingga petang. Oleh kerana itu dia
selalu hanya pakai seluar pendek dan singlet untuk membungkus
tubuhnya, agar dapat mengurangkan panas ketika bekerja.
Petang itu kira-kira pukul 3.00 petang aku balik awal setalah kerjaku
selesai, aku dapat berihat di bilik tidurku. Sementara itu para tukang di
bawah mandor abang Sarip, bekerja di luar nampak dari tingkap bilikku
tanpa aku khuwatir mereka dapat melihatku tergolek di tempat tidur.
Pandangan dari luar sukar menjangkau untuk melihat ke dalam dengan
adanya kaca pada tingkap yang membuat silau.

Kuperhatikan Sarip, setiap kali dia membongkok mengambil simen untuk
ditampalkan ke dinding. Badannya basah mengkilat penuh peluh.
Sekejap-sekejap tangannya mengelap untuk membuang peluhnya itu.
Ahh.., badan itu.. seluar pendek dan ketat itu. Obsesiku tiba-tiba
membuak timbul dan jantungku berdegup keras.
Pemergian suamiku telah 3 hari, aku memang merasa sepi. Dan 2 hari lagi
suamiku akan balik ke rumah. Ya, 2 hari lagi. Sementara di luar tingkap
ada lelaki berotot tegang penuh peluh sangat sesuai dengan obsesiku
selama ini. Bagaimana bau peluhnya itu..? Ketiaknya..? Atau
kelangkangannya..? Aku termenung berkhayal. Ada rangsangan yang
menyusuri tubuhku dan mendesak kesedaranku untuk meninggalkan
ingatan pada suami. Aku terdorong untuk mengambil kesempatan yang
tersisa 2 hari ini. Inilah kesempatan mewujudkan obsesiku, impian
mengenai lelaki lain untuk teman tidurku.

Tiba-tiba kulihat tukang-tukang di luar berkemas sebagai tanda
selesainya waktu kerja hari itu. Biasanya mereka membersihkan badan
dan mandi sebelum pulang. Dan fikiranku berjalan cepat seperti kilat,
jantungku berdegup semakin keras hingga terdengar dari telingaku.
Aku gemetar, sejenis gemetar yang nikmat. Ahh.. ooh…
Aku keluar bilik dan, “Abang Sarip sebelum balik tolong saya
sekejap yer..!”
“Ya cik.., apa cik..? Saya mandi dulu sekejap.”
“Nanti dulu bang…. Biar kawan2 abang mandi dulu, abang tolong saya
dulu….. sekejap jer…!”
Demikian peristiwa itu berjalan cepat. Aku menahan abang Sarip yang
masih berbau peluh untuk membantuku melakukan sesuatu yang dia
belum tahu. Yang penting aku mesti dapat menahannya.
Aku pura-pura sibuk membongkar almari dan menurunkan apa saja yang
ada di dalamnya.
“Ini bang banyak sepahanya, mintak tolong keluarkan dulu, saya nak
ganti lapiknya.”
Dia mula membongkar isi almari.
“Apa lagi, cik..?”
“Tolong ye bang.. Ambil plastik tu dan gantikan alas kertastu..” aku
memberi tugas dan bersambung tugas sehingga rakan-rakannya telah
siap untuk balik.
Aku berbisik, “Suruh mereka balik dulu bang..!” suatu bisikan yang
provokatif penuh tanda tanya bagi abang Sarip tentunya. Dia melihat ke
arah wajahku, dan aku berkedip sebelah mata. Dia senyum.., sepertinya
memahami. Aku semakin nekat tanpa malu.
“Mat!, Ipin….! balik dulu, saya nak tolong cik sekejap..!” katanya
menyuruh rakan-rakannya balik. Aku tidak sabar dan semakin panas
dingin.

Lima minit kemudian, ku jangka rakan-rakan abang Sarip sudah beredar
jauh dengan motosikal mereka. Helah aku akan berjalan setelah aku
habis fikir tanpa peduli akibatnya. Dari sebelah dinding aku mengangkat
bungkusan buku dan aku pura-pura terjatuh.
“Aduh.. duh.. duhhh, achhh… Kakiku uhhhhhhh..!”
Terburu-buru abang Sarip bangun menghampiriku, “Kenapa,
Cik…….?”
“Aduuhh.. aacchh..!” dan mengurut-urut betisku.
“Tolong bang..!” tanganku menggapai tangan bang Sarip, itu pertama kali
aku menyentuhnya.
“Cik rihat jer … Biar saya saja yang kemaskan..”
“Yee bang……, aduhh boleh tolong bang .!” pintaku sambil terjengkut
kesakitan memegang betisku.
Abang Sarip memapahku. Tangan dan bahuku menyentuh badannya yang
masih basah kerana keringat. Ketika itu sempat aku mencium bau badan
Sarip. Ooohh.. bau lelaki.
Aku kemudian telungkup berbaring di katil.
“Tolong urut sikit bang, boleh yer ..!”
Mungkin dia menjadi agak terperanjat tetapi aku pura-pura tidak
melihatnya, dan bergaya seolah-olah betul-betul sakit.
Dia mula mengurut-urut betisku yang putih.
“Acch… Oocchh… Aaacchh..!”
“Sakit cik..?”
“Sakit jugak bang………., Terus urut perlahan-pelahan…!”
Aacchh.., telapak tangannya yang kasar. Tapak tangan kuli, yang pada
saat begitu berubah menjadi tangan kasar penuh rangsangan.
Aku yang tertiarap di tilam menggeliat-geliat pura-pura kesakitan.
“Hhaacch…. hacchh.. eecchh..” begitu aku merintih-rintih, semakin
membuat abang Sarip serba salah tentunya.
Tangan abang Sarip terus mengurut-urut betisku dengan hati-hati.
Sekali lagi rangsangan berahiku mengalir. Rintihanku kusertai geliat
tubuhku. Terkadang panggongku yang agak besar dan mulus kuangkat,
seakan dalam menahan sakit. Tetapi rintihan yang keluar dari mulutku
kusertai pula dengan meramas-ramas bantal. Tentu menjadi
pemandangan yang sangat erotis dan menggoda bagi lelaki. Dan abang
Sarip, kurasakan tidak banyak bertanya lagi, terus mengurut-urut
betisku.

Makin lama rintihanku berubah nada, menjadi desahan. Aku tidak lagi
merintih. Aku mendesah sambil tanganku meremas-remas apa saja
dengan maksud dapat didengar dan disaksikan oleh abang Sarip Dan…,
tentunya akan berhasil. Tangan abang Sarip terus mengurut semakin
naik hampir pada lipatan lututku. Kubiarkan dengan terus
mendesah-desah secara erotis. Ya, erotis.
“Ahh.. aacchh..! Terus bang, sedappp..! sedap bangg..!” desahku
lagi.
Tentu efeknya pada abang Sarip seperti pisau bermata dua. Sedap
apanya..? Sedap bagaimana..? Sakit atau..? Aku tidak perduli dan
naluriku terus berjalan untuk membangkitan berahi abang Sarip.
Dan ketika tangan abang Sarip kurasakan semakin berani ke atas hingga
menyentuh hujung pehaku, aku semakin yakin, abang Sarip sudah masuk
perangkapku. Aku terus mendesah-desah sambil meramas-ramas apa
saja. Ya bantal, kain cadar, selimut, yang kemudiannya kupeluk bantal
guling sementara ponggongku bergoyang naik turun sebagaimana orang
menahan sakit. Dan ketika tangan abang Sarip yang kasar itu meramas
pehaku, darahku berdesir sangat kuat, jantungku berdegup, mataku
mulai kabur. Yang kurasakan hanya kenikmatan sentuhan abang Sarip
yang aku tunggu.

Ku usahakan lagi keberanianku dengan desahan dan rintihan erotis.
“Yaaa… aacchh.. sedap.., terus bang..! Yaahh..!”
Dan tangan abang Sarip tidak lagi menunjukkan keraguannya.
Ketika akhirnya jari-jari tangannya yang kasar dan kaku telah
benar-benar menyentuh bibir vaginaku, aku tahu bahawa abang Sarip
telah siap memegang kendali untuk mengajakku menuju kenikmatan
dahsyat yang akan sama-sama kami alami. Aku bergelinjang hebat saat
jari tangannya menyebak seluar dalamku dan merengkuh bibir
kemaluanku yang sejak tadi telah basah kerana berahi. Aku mula
merintih kerana nikmat yang menerpaku.
Seluruh tubuhku menggelinjang. Vaginaku banjir oleh cairan berahiku.
Ponggongku ku angkat naik untuk memberi kesempatan tangan abang
Sarip berleluasa menyentuh kemaluanku. Ternyata perkembangan ini
difahami cepat oleh abang Sarip.
“Oohh.., cik…….saya tak tahan, cik.!”
“Aachhh.. eecchh..” jawabanku hanya rintihan dan desahan yang penuh
kehausan dan kebuasan atau keliaran.
Begitu juga dengan abnag Sarip, ia menjadi amat liar dan tidak dapat
dibendung lagi.

Kainku disinfkapkan hingga seluruh peha dan ponggongku terbuka.
Badannya menindihku dan mulutnya terus tergesa-gesa mendapatkan
tubuhku, dan bibirnya terus menyedut dan menjilati peha dan
ponggongku, sementara tangan kanannya terus meremas dan mengusap
vaginaku. Tangan kirinya menyusup ke bawah coli meraih buah dadaku,
mengusapnya dan mempermainkan puting susuku. Wooww… Dahsyat..!
nikmat betul! Belum pernah aku merasakan gelinjang senikmat ini selama
tempuh perkawinanku.

Bau badan dan kelakian abang Sarip membuat segalanya bergolak
terbakar sangat dahsyat. Dia mula mengerang seperti singa yang lapar.
Kemudian dengan tangannya yang kekar, tubuhku dibalikkannya hingga
aku terlentang. Tiba-tiba tangan-tangannya menarik dan membuka
seluar dalamku. Ketika aku tersedar, mulutku disumbat dengan lidahnya
yang dengan menggila menghisap lidah dan air lior di mulutku.
Sebuah sensasi erotik tiba-tiba menggelegak melalui darahku. Keadaan
itu menjadi sensasi berahi yang dahsyat bagiku, melengkapkan obsesiku
mengenai seorang lelaki berotot untuk meniduriku. Tangan-tangan
abang Sarip telah menemui sasarannya. Buah dadaku diramasnya.
Tubuhnya mula menindihku. Buah dadaku digigit, dijilat dan dihisap-hisap.
Wajahnya terbenam ke dada dan ketiakku, lidahnya menjilat, bibirnya
menyedut, menghisap dan menggigit ketiakku.
“Ohhh….bangggggg jangan lepaskan.. aahhh..!
Teruuss….bang…..nikmatnya uhhhhh banggggggg..!”
Rasanya sudah lebih sejam dia melumpuhkanku. Dan aku menikmati
dalam kepasrahan. Aku menikmati sebagai orang yang ditakluk. Ya, aku
ditakluk olehmu abang Sarip.

“Bang……, i tak tahan banggggg..!” erangku dalam kenikmatan.
Dan abang Sarip semakin menggila. Ketiakku pedih dijilat dan digigitnya.
Seterusnya dari ketiak dan buah dadaku…muka bang Sarip turun ke
perut, kemudian pinggul. Kucupan, sedutan dan jilatan terus bertubi
mengiringinya membuat aku menggila seperti di rasuk syaitan.
Sambil terus menggeserkan bibirnya turun ke perut, turun ke
kelangkangku, turun dan… woohhsssss………di gigitnya dan dijilatnya bibir
kemaluanku. Aahhh.., sungguh kekasaran yang nikmat dalam badai
berahiku.

Lidah itu.., lidah bang Sarip menyentuh bibir-bibir vaginaku. Lidahnya
yang kasar seperti amplas menjilat klitoris terus ke lubang vaginaku.
“Lidahmu itu………bangggg terus banggg Orghhhhh ahhhhhh..!”
Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat dari lubang vaginaku..
Ponggongku menggelinjang naik turun tidak karuan. Kuterkam
kepalanya. Kutekan wajahnya ke celah kangkangku, ke lubang
kemaluanku, rambutnya ku tarik dan ramas sebagai pelampiasan
kenikmatan vagina. Kutarik-tarik rambutnya. Emosi berahiku tersangat
galau.

Kenikmatan itu semakin memuncak. Kenikmatan itu membuatku hilang
kesedaran akan sekelilingku. Aku berteriak.., mengaduh-aduh
menghadapi kenikmatan tidak terhingga. Dan abang Sarip tahu, aku
tidak mau berhenti.
“Banggggg..saya….sampai.. ohhh.. bangggggg… ohhh..!”
Sangat jarang kudapatkan orgasme sebegini sepanjang perkahwinanku.
Aku menjadi sangat dahaga. Mulutku kering. Tenggorokku kering…
Hausss… tolong… Ooohhh.. hausnya……hauskan kenikmatan ohhhhhh.
Sementara itu abang Sarip terus menjilat kemaluanku. Seluruh cairan
dari vaginaku dijilatnya dan ditelannya. Dan membayangkan hal itu
membuat berahiku tidak luruh kerana orgasme tadi. Dasar kemaluan
yang selalu gatal. Milikku, vaginaku, kemaluanku belum puas lagi. Seluruh
peristiwa ini sangat sensasi kurasakan hingga hausku menerjang lagi.
Kutarik dia ke atas, mulutku mencari sasaran.. Mulut bang Sarip serasa
ingin kukunyah. Bibirnya yang tebal kugigit hingga dia mengaduh. Aku
sudah hanyut dalam nafsu haiwaniah. Fikiranku tidak lagi berfungsi,
pandangan kabur, telinga tersumbat. Yang kurasakan hanya gelinjang
pada nikmat di seluruh permukaan kulitku, di peha, di perut, di
payudara, puting-putingnya, dan oh di vaginaku.
Kali ini bang Sarip memelukkuku, ototnya yang kuat menekanku hingga
sesak nafasku. Ada sedikit celah di antara ketiaknya. Aku dapat sedikit
bernafas dan sekaligus menggigit bahu, dada dan menjilat ketiaknya
yang menebarkan bau kejantanannya itu.

Ternyata tanpa setahuku bang Sarip sudah telanjang bulat. Terasa ada
sodokan keras terkena perutku dan kemudian turun ke selangkanganku
dan mengarah ke lubang kemaluanku. Sodokkan itu seirama dengan naik
turunnya ponggong bang Sarip yang menindih seluruh tubuhku. Gerakkan
menurun perlahan. Batang kejantanannya yang kurasakan panas dan
keras menguak bibir kemaluanku yang ‘terbuka’ meminta batang
kemaluan bang Sarip yang besar menusuknya. Aku mula
menggoyangkan ponggong untuk membantu kehausan dan keberahian
kemaluanku agar dapat segera melahap batang kemaluan bang
Sarip.

Terasa ‘kepala’ penis bang Sarip seperti palu godam yang
mencucuk-cucuk untuk menghancurkan lubang sempit bibir vaginaku.
Sesungguhnya bukan lubang itu sempit, tetapi nafsu birahilah yang
membuat otot-otot bibir vaginaku mencengkam dahsyat dan sukar untuk
ditembusi. Tetapi air berahiku yang mencurah keluar membantu batang
itu untuk mula menerobos masuk dan kemudian, zupppppss..
bzuppp… bzuppsss., sungguh sempurna. Batang kejantanan itu telah
mendapatkan sarangnya. Ohhhhh nikmatnya bila dinding lubang vaginaku
bergesel hebat dengan batang bang Sarip yang mula menusuk
perlaha…..Urgghhhh
Aku bergoyang, bang Sarip mula memompa. Perlahan……zuppppss…
Vaginaku menangkap dengan lahap seinci demi seninci batang kemaluan
bang Sarip.
“Aacchhh… nikmatnyaa.. hohhhhh…. bang.. Urghhhhh..!” aku
terus meracau tidak tahan menanggung nikmat yang teramat.
Kuku-kuku jariku menghunjam ke bahu bang Sarip, nafsuku benar-benar
meledak tidak terkendali. Kerongkonganku kering dan terus terasa
semakin kering.”Banggggg tolong… banggg….!!! Abang Sarip hairan,
kemudian bang Sarip mengulum mulut ku dan lidah kami bertautan.
Setiap kali lidahnya bergumpalan dengan lidahku, berahiku semakin
menggila.

Dan di bawah sana, batang kejantanan besar milik bang Sarip terus
menghayun kemaluanku tanpa berhenti. Genjotannya semakin kuat dan
cepat, semakin menghunjam, semakin dalam, semakin nikmat.
Kenikmatan di kemaluanku juga semakin bertambah, hingga ponggongku
terangkat-angkat seakan mengejar hujung batang kemaluannya untuk
lebih dalam menerjah ke pintu rahimku.
Berkali-kali aku telah orgasme. Kemaluanku banjir dengan dahsyatnya.
Kalau kemaluan suamiku yang masuk pasti sudah becak dan longgar,
tetapi batang kemaluan bang Sarip tetap sesak dan memenuhi vaginaku.
Aku yakin kerana ukurannya yang besar itu. Dan itu pula yang membuat
berahiku tidak padam.

Abang Sarip memang hebat.. Terbukti pada ketika mengayunkan
ponggongnya, tonjolan otot-otot pada lengannya keluar. Kulitnya yang
berkilat oleh peluh berminyak memperjelas pandangan anatomi
tubuhnya. Setelah satu jam kami bersetubuh, bang Sarip sama sekali
tidak menunjukkan kepenatannya. Seakan kandungan tenaganya tidak
terbatas. Mulutnya, lidahnya, tangannya, ponggongnya hinggalah ke
batang kejantanannya semua aktif belumpun berihat. Usianya yang
sudah 45 tahun bukan menjadi hambatan, walaupun melayaniku yang jauh
lebih muda.
Seperti ketika ini, tujahan demi tujahan batang kejantanannya pada
vaginaku terus mencecar. Makin cepat dan dalam. Aku sendiri terus
merasa nikmat yang terus datang, sudah merasa agak keletihan. Udara
bilik menjadi semakin panas menambah rasa keletihanku tadi.
“Acchhh… uuhhh… oohhh.. aacchh……banggggggg!” kembali aku
mendapatkan puncak orgasmeku, kemaluanku semakin banjir. Begitu
bervariasi bunyi batang kemaluan dan kemaluanku yang saling interaksi,
dan pangkal batang kemaluannya mengetuk rapat kemaluanku ketika
tujahan sampai ke dasar. Aku ingin berhenti sekejap. Ku tolak sedikit
tubuh bang Sarip.

“Letih lah bang..!” kataku.
Tetapi kebuasan bang Sarip belum menunjukkan keredaan. Batang
kemaluannya terus keluar masuk kemaluanku semakin cepat. Dia
mengerengkan tubuhku ke kanan. Kaki kiriku diangkatnya hingga
membuat celah pahaku menjadi lebih luas. Batang kemaluannya masuk
lebih menghunjam ke dalam. Ahh……sedapnyaa… Tetapi badanku tetap
terasa penat dan gairahku menurun.
“Letih bangggg..! kita rihat dulu… Ahhh..!”
Kali ini kufikir dia memahami. Dia mencabut batang kejantanannya dari
kemaluanku, dan dia menaruh bantal pada dinding dan diangkatnya aku
untuk bersandar pada bantal tersebut. Jadi sekarang kepalaku
terangkat dan dapat menyandar di dinding. Di luar dugaanku, bang
Sarip yang telanjang berdiri di tempat tidur, dengan batang
kemaluannya yang berkilat, tegak dan kaku mengangkang
menghampiriku dan dengan setengah berjongkok, menujukan miliknya ke
wajahku. Dia sentuhkan kepala penisnya ke bibir-bibirku.

“Hisap cik Sha….tolonglah cik…Sha.!”
Cepatlah cik..!” katanya sambil tangannya meraih kepalaku didekatkan ke
arah batang kemaluannya.
Ahhh…, Dan aku hairan, sensasi berahiku tiba-tiba datang lagi. Ghairah
dan berahiku tiba-tiba menggelegak. Nada percakapan bang Sarip
seperti sihir. Sihir itu betul-betul meluluhkan tetapi bukan
melumpuhkan.
Kerana sihir itu, tenagaku pulih dan hadir dengan berahi yang penuh.
Kuraih batang kemaluan itu. Dalam genggamanku kuperhatikan kepalanya
besar dan padat seperti cendawan, dan kulihat berkilat. Hoohh.ohhhhhh,
indahnya.
Belahan lubang kencingnya besar, seakan terbelah tepat di tengah
seperti cendawan yang merekah. Woow.., sejak tadi aku memang belum
secara langsung melihatnya. Kuusap kepala itu seketika dan kemudian
kudekatkan bibirku, lidahku. Hidungku menghirup aroma jantan dari alat
kelamin bang Sarip. Dan lidahku mula menjilat. Kujilat lubang kencingnya.
terasa masin. Kujilat tepi-tepinya. Bang Sarip mengeluh nikmat.
Keluhan yang begitu nikmat merasuk ke telingaku. Kemudian batang
kejantanannya mula kukulum. Lahap seperti makan ais krim batang,
setiap jilatan dan kuluman disertai bunyi. Ohhhhh, sangat erotis..
eksotis.. Tidak pernah kudapat sebelum ini. Bahkan dengan suamiku pun
tidak sejauh ini.. Gila.

Rupanya cara ini akhirnya meruntuhkan pertahanan bang Sarip.. Tidak
terlalu lama, akhirnya dia hendak mencapai puncak kenikmatannya……dan
dia memegang kepalaku supaya berhenti mengulum. Lalu dia menolakku
seakan menyuruh aku terlentang. Bila aku dah terlentang dibukanya
kedua belah pehaku dan di masukkannya batang kemaluannya ke
vaginaku sambil aku memeluknya erat. Abang Sarip menyedut-nyedut
leherku dan menggigit telingaku. Sungguh nikmat rasanya hingga aku tak
sanggup lagi menahan rasa berahiku datang semula dan amat nikmat
sesangat .Dia membuat tujahan batangnya melalui lubang vaginaku yang
memang basah dan licin. Terasa rongga vaginaku digesek nikmat secara
perlahan kekadang cepat sikit. Apabila bijiku tergesel oleh batang
bang Sarip dan aku tak tahan lagi lalu tak sedar mulutku berteriak
….”EAAHHHH… bangbbbbbb….ahhhhhh banggg aughhhhhhh nak
bang….cepat banggggg ahhhhhhhh AHHHHHHHHH.. .AAHHHH ” Aku
memeluk tubuh abang Sarip yang kekar dengan kuat apabila aku
mencapai klimakku.
Abang Sarip melajukan gerakan keluar masuk batangnya ke lubang
farajku dan mulutnya juga tidak diam. “Ahhhhh cikkkkk Suuuuuu
uggggghhh nak keluar ni ahhhhhh syokkk ahhhh ahhhhh ahhhhhh
urghhhhhhhh”
Tersembur pancutan panas nikmat di rongga paling
dasar dalam vaginaku “Urghhhhhh bang….!!!!!” aku mengejang dan
menikmati sisa-sisa nikmat klimakku ketika pancutan panas air mani bang
Sarip ke pintu rahimku…….nikmat puncak yangmelupakan aku akan
benih-benih yang ditabur dalam rahimku. Pancutan itu diiringi rintihan,
erangan dan racauan tidak karuanan yang keluar dari mulutnya.
Sementara itu bang Sarip jatuh longlai ke dadaku. Keringatnya
mengucur dari seluruh tubuhnya. Kami masih berpelukan. Bang Sarip
semakin terasa beban berat menindihku. Tidak lama kemudian bang
Sarip menarik kemaluannya dan terbaring terlentang di sisiku.
Kemudian tangannya terentang mencari angin. Dan ketiaknya yang penuh
bulu terbuka. Pelan-pelan kedekati, kubenamkan mulutku di ketiak itu.
Hidungku menyergap bau ketiak. Aku menjilat-jilat. Bang Sarip tertidur.
Aku terus mencari kehangatan dan kenikmatan yang tersedia di tubuh
bang Sarip yang tertidur lena kerana kepenatan.
Ada banjir di kemaluanku dan gatal. Rasanya aku ingin disenggamai
lagi….entah selepas ini atau esok.
Itulah kejadian yang menjadi kenangan bagiku bersama bang Sarip
sebagai pengisi kekosongan dan perasaan berahiku yang sering
memuncak. Akhirnya obsesiku tercapaikan dan aku puas.

Nurse Aii Vee

Aku duduk di Chansellor Condo, Taman Kosas Ampang. Blok mana tak payah aku citer lar…. Kawasan nie ramai Nurse dari Gleneagles Intan Hospital yang duduk.. Kebanyakkan masih bujang lagi ler… Aku duduk bujang ler, rumah nie aku beli sendiri dengan loan Southern Bank. So ader satu amoi nie yang juga nurse kat Hospital Gleneagles Intan yang duduk menyewa kat sebelah rumah aku. Boleh tahan cun dia, tapi bukan jenis amoi yang mata sepet lar… Jenis up to date sikit.

Bila dah lama duduk berjiran aku pun rajin-rajin bertegur saper dengan amoi nie walaupun ada 4-5 nurse melayu yang duduk sekali kat situe.. Aku tak minat pun kat nurse-nurse melayu tue walaupun mereka memang cantik… Dia nie kira menarik juga dengan potongan aku agak-agak dalam 34-27-34 dengan ketinggian sekitar 160cm kot…

Target aku kat amoi nie sebab satu jer, nasik lemak dia.. makk oiii macam buah kelapa… Besar tahap melampau.. So aku pun selalu ajak dia makan nasi lemak kat Hot Station Nasi Lemak, Taman Kosas. Dia pulak memang suka makan nasi lemak kat situe, tak susah ler aku nak ajak dia makan selalu-selalu..

Nama Lean Aii Vee, asal dari Bentong, Pahang.. Umur dia baru 20 tahun dan masih bujang ler… Aku tau member-member dia yang lain sure jealous sebab aku selalu ajak dia jer makan nasi lemak. So bila dah lama-lama aku pun cuba usha line kot-kot aku boleh ayat dia jadi steady girlfriend aku. Ternyata percubaan aku untuk mengorat Aii Vee tidak sia-sia… Bila aku cakap yang aku suka dia, dia pun cakap suka kat aku jugak.. Dia cakap tak pernah dalam hidup ada sorang mamat melayu ngorat dia… Lagi pun dah lama dia suka kat aku tapi malu nak cakap..

Dah rezeki nak buat macam mana kan.. Yang best nyer aku declare jadi couple masa kat Hot Station tue lah. Aku berbisik-bisik perlahan sebab orang ramai tengah melantak kat situe. Aii Vee I suka kat U… Itulah ayat pendek yang terkeluar dari mulut aku semasa kami tengah makan.. Hampir nak tergelak si Aii Vee bila aku cakap macam tue…

Tapi dia cool kemudian sambil memegang tangan aku terus dia cakap yang dia suka kat aku jugak… Entah ler.. macam nak tergelak jugak bila-bila di fikirkan betapa desperate's nyer aku nak ngorat si Aii Vee nie… Tapi itu citer 5 bulan lepas.. Dan sekarang aku ngan Aii Vee seperti couple-couple yang lain yang selalu berdating pada hari minggu atau dia off duty.. Kalau dulu dia naik bas sekolah pergi dan balik dari hospital, kini kalau ada masa kelapangan aku menjadi pemandu setia untuk mengambil dia dari tempat kerja nyer…..

Tak pun kalau kami tak ke mana-mana, rumah aku menjadi tempat persinggahan bagi Aii Vee.. Aku kalau kat rumah sekadar mengemas alar kadar jer dulu.. Kini Aii Vee menjadi penyeri rumah aku apabila dia cukup rajin mengemaskan rumah aku dan yang best nyer dia siap tolong basuh pakaian aku.. Pakai washing machine ler bro'!.. Aku paling suka menyakat si Aii Vee apabila dia sedang membasuh pinggan mangkuk selepas kami makan.

Apabila tengah membasuh tue ler aku suka datang dari belakang dan terus memeluk erat pinggang nyer sambil menjilat telingga atau leher nyer.. Pada mula-mula aku start couple dengan dia nie, pernah juga dia memarahi aku sebab memeluk dia tanpa izin dia.. Tapi lama-kelamaan dia pun tak ambil kisah dan mungkin dia memahami yang aku sekadar ingin bergurau senda atau bermanja dengan nyer…

Kadang-kadang mana boleh tahan kalau dia berada di dalam rumah aku dengan hanya memakai t-shirt tanpa lengan bersama-sama seluar pendek macam nak main bola tanpar kat pantai jer… Atau dia cuba menggoda aku dengan pakaian sebegitu rupa… Sehingga lah satu hari tue.. Datang kepala otak biol aku, ketika Aii Vee sedang membasuh beras untuk memasak nasi… Aku datang dari belakang terus memeluk Aii Vee sambil dengan selamber nyer aku meramas buah dada Aii Vee..

Apa lagi… habis melabung rice cooker dengan beras-beras yang sedang di basuh.. Menjerit panjang Aii Vee Ahhhhhhhhhhh, mujur cepat-cepat aku menekup mulut nyer dengan tangan kanan aku… Aku memalingkan badan Aii Vee ke arah aku dan berkata.. Far ler… Terus Aii Vee menangis dan aku pun terus menggelabah lerr.. Takut pun ader.. cuak tak ingat punyer.. Menyesal pulak jangan cakap larrr..

Aku terus memujuk Aii Vee dan berjanji takkan buat lagi kepada nyer.. Aii Vee menggelengkan kepala.. sambil bersuara…I bukan marah, tapi terkejut sajer… It's okey kalau U yang buat tadi.. I takut orang lain…. Aku terus memeluk Aii Vee sambil mencium Dahi nyer… Sambil aku mengusap lembut belakang badan nyer… Buat pertama kali aku mencium bibir nyer… Ternyata Aii Vee menerima ciuman dari bibir ke bibir sambil berpelukkan…

Kalau setakat cium pipi tue dah biasa sangat.. Nak kirakan masa relationship aku dengan Aii Vee baru masuk 2 minggu aku dah pegang-pegang tangan dan cium-cium pipi nie.. Aku tengok Aii Vee semakin galak dan ghairah apabila ciuman demi ciuman aku membangkitkan nafsu nyer.. Memandangkan keadaan kami tidak sesuai kerana ketika itu berada di kitchen maka aku terus mendukung Aii Vee ke sofa di ruang tamu..

Aii Vee sekadar tersenyum manja memeluk leher aku dan terus menyerang kembali bibir aku.. Aku terus duduk di atas sofa manakala Aii Vee di atas riba aku sambil berlawan-lawanan lidah kami… Aku melepaskan ciuman dan terus memandang tepat mata Aii Vee sambil bersuara.. Far minta maaf ok… Jawab Aii Vee pula.. Please Far.. I don't mind pasal tadi…Lalu Aii Vee menarik tangan aku terus di letakkan ke atas buah dada nyer… This is for you… Even this is 1st time i'll let one guy pegang tau… jelas Aii Vee lagi.. Aku tercengang dengan tindakan nyer…

As long U promise dengan I, U akan jaga I and nak kawin dengan I.. I will give everything to You..kata nyer lagi… Ohhh aku terus insaf, niat asal sekadar nak main dengan amoi nie, last-last aku admit yang dia memang ditakdirkan untuk menjadi pasangan hidup aku..

Aii Vee… U sure tak marah kalau I buat something dekat U….aku cuba menduga nyer….U nak buat aper dekat I.. balas Aii Vee.. Alarrr.. kalau I nak fuck U kasi tak… Depend lar!… Macam mana U take care of me!…kata Aii Vee lagi… Kami pun menyambung sesi ciuman sambil aku mula menyerang leher Aii Vee sehingga meninggalkan kesan love bite pada leher nyer.. Aku menyeluk tangan aku di dalam t-shirt nyer dan terus menyerang buah dada nyer.. Walaupun dari luar sarung bra nyer tetapi cukup untuk aku dapat rasakan keenakkan nyer… Dengan buah dada yang mantap dan padat aku telah mula rasakan puting nyer telah mula menegang, daging-demaging buah dada Aii Vee turut membengkak…

Ramasan demi ramasan menyebabkan Aii Vee mengerang.ngerang… Ahhhhh Asshhhhh Arsssssssss Aaaaahhhhhhhh…..Aku kemudian berbisik perlahan kepada Aii Vee.. Kita pie masuk dalam bilik yer…Aii Vee sekadar mengangguk kepala dan mendepa kan ke dua-dua tangan tanda menyuruh aku mendukung nyer… Aku tanpa membuang masa terus mendukung Aii Vee lalu ku bawa ke atas katil lalu aku campakkan ke atas katil..

Terjerit Aii Vee apabila aku mencampak nyer… Jahat.. Nak pussy I, tapi campak I macam nie….. Aii Vee turut menjelir lidah nyer.. Aii Vee pun duduk di sisi katil manakala aku datang dari belakang terus memeluk nyer sambil meramas buah dada nyer dari luar t-shirt sambil mencium dan menggigit manja leher Aii Vee…
Aku jilat leher Aii Vee sekejap kiri sekejap kanan.. Ternyata Aii Vee turut rasa nikmat akan perbuatan aku itu…

Aku menarik Aii Vee sehingga dia rebah ke katil dan terus aku mengucup bibir nyer dengan semahu-mahu nyer… Bibir nyer cukup aku rasakan hangat dan lembut… Di dalam masa yang sama aku cuba menanggalkan t-shirt yang di pakai oleh Aii Vee.. Dia memberikan kerjasama dengan mengangkat sedikit tubuh nyer agar aku mudah menarik keluar t-shirt nyer..

Tue dia.. buah dada Aii Vee yang menjadi idaman aku selama ini.. Tanpa membuang masa aku menanggalkan hook bra Aii Vee yang berada di depan dengan 2 jari sahaja lalu tersembulah buah dada nyer yang padat dan mantap.. Aku pun terus menggerakan jari jemari aku mengusap manja buah dada Aii Vee manakala mulut ku pula sudah memulakan penjelajahan ke sasaran yang utama iaitu puting buah dada nyer yang berwarna pink tersebut…

Ketika itu juga Aii Vee sudah tidak keruan lagi… OoooHHHH…. Farrr…. bisikan yang keluar dari mulut Aii Vee… Aku terasa puas kerana akhir nyer Aii Vee tenggelam di dalam kenikmatan yang di terima oleh nyer… jari-jemari aku terus meramas dengan kasar tapi nikmat pada buah dada Aii Vee yang cantik itu… Aii Vee pula hilang pertimbangan apabila tangan nyer mencari-cari batang aku yang masih berada di dalam boxer aku..

Tidak mahu menghampakan Aii Vee lalu aku tanggalkan terus t-shirt aku dan boxer sekaligus dan dengan pantas Aii Vee menggengam erat batang aku. Aku juga mengambil kesempatan untuk menanggalkan seluar pendek sekali dengan pantie thong nyer.. Mudah sekali aku memisahkan seluar dan thong Aii Vee kerana dia mengangkat bontot nyer untuk membantu aku…

Betapa cantik nyer bentuk cipap Aii Vee dengan alur nyer yang terkatup rapat dan hanya sedikit bulu-bulu ari yang tumbuh di sekitar cipap nyer. Aku meneruskan serangan dengan menjilat pusat Aii Vee dan dia semakin mengerang keenakkan.. Mmmmmmm Aaaaahhhhh Far….geli ler.. dan aku turun lagi hingga ke bawah iaitu sekitar cipap nyer sehingga cipap nyer basah kuyup…

Aii Vee semakin kelemasan dan rengekan-rengekan manja semakin kuat apabila aku mula menjilat dan menggigit manja biji kelentit Aii Vee yang tidak bersunat nie… Aii Vee terjerit-jerit sambil meraung kesedapan…Tubuh nyer mengeliat tanda merasai kenikmatan yang tak terkata.. Mmmmmmm Ahhhh Ourghhhhh Heeerhhhhhkkkkkkkkk…. Farrrr sedappp nyerrr…. sambil kedua-dua tangan nyer meramas kuat rambut dan kepala aku…. Aku lihatkan bontot Aii Vee terangkat-angkat dan aku bertambah stim lagi kerana Aii Vee semakin mengerang keras… Ternyata kenikmatan yang di rasai oleh Aii Vee adalah terhebat dan ia menjadi nikmat milik kami berdua….

Setelah aku rasakan cipap Aii Vee cukup basah dan bersedia menerima tusukan batang aku yang pertama.. Aku terus membetulkan kedudukan aku di antara Aii Vee sambil menganggkat sedikit bontot nyer… Bantal menjadi pengalas bontot Aii Vee agar mudah aku untuk mengarahkan batang aku ke arah cipap nyer..

Aku kemudian geselkan batang aku di atas cipap nyer dan menekan kepala batang aku melepasi alur cipap Aii Vee.. Ooohh terasa nikmat dan panas aku rasakan apabila kepala batang aku melepasi alur cipap Aii Vee.. Aii Vee memegang erat pinggang aku malah aku parhatikan nyer telah mula memejam kan rapat kelopak mata nyer…

Nafas Aii Vee tersekat-sekat… dan aku tahu dia ketakutan ketika mananti dara nyer yang akan pecah nanti.. Demi sayang aku pada nyer, aku cuba mengkhayalkan nyer dengan cumbuan-cumbuan nikmat agar Aii Vee tidak panic.. Aku tekan lagi batang aku perlahan-lahan.. Sakit Far… antara dengar dan tidak..

Tiba-tiba Aii Vee cuba menolak dada aku akibat tekanan batang aku yang telah berjaya memecahkan selaput dara nyer.. Akhir nyer selaput dara Aii Vee pecah selepas kemasukkan penuh batang aku ke dalam cipap nyer.. Aii Vee menangis terisak-isak kerana kesakitan yang amat sangat.. Aku memujuk dia dengan ciuman-ciuman sekitar bibir dan dagu nyer bagi mengurangkan kesakitan nyer..

Ku lihat bibir alur cipap Aii Vee berdarah tetapi kembang kuncup… Memang tidak dapat di nyatakan betapa nikmat nyer apabila cipap Aii Vee mengemut keras.. Dan sedikit demi sedikit aku memulakan sorongan demi sorongan tetapi Aii Vee tetap merintih kesakitan lagi…

Aii Vee sakit…Far.. taknakkk… Auchhhhhh…Aii Vee menangis terisak-isak dan menekan dada aku agar tidak meneruskan henjutan-henjutan batang aku pada cipap nyer.. Aku tida mahu mengalah begitu sahaja.. Aku berusaha mententeramkan Aii Vee dengan mencium bibir nyer sambil meramas kuat buah dada nyer.. Aii Vee kembali merengek manja dan ghairah…dan aku meneruskan dayungan batang aku di dalam cipap nyer….

Apabila aku rasakan yang Aii Vee telah bersedia untuk menerima hentakan maut aku setelah dia bertambah khayal lalu dengan kekuatan yang paling maksimum, aku menghentakan batangku sedalam-dalam nyer dan serapat mungkin ke dalam cipap Aii Vee….

Tubuh Aii Vee terangkat tinggi dan dia meraung kuat… Aauuuwwwwww….Ahhhhhh…… Ooooohhhhhh….. Sedapppp nyerrrrrr Farrrrrrrrrrr….. rengek Aii Vee dan aku seronok apabila dia tidak lagi terasa sakit malah mula menikmati keenakkan permainan seks nie… Aii Vee ternyata masih dara.. dan itu cukup merangsang nafsu aku ke tahap yang paling dasyat sekali… Aku memeluk tubuh Aii Vee dengan erat…. seperti tidak mahu melepaskan nyer lagi…

Terasa nikmat apabila dapat merasai kehangatan tubuh Aii Vee yang amat aku cintai dengan kulit yang putih, licin di tambah dengan buah dada yang padat dan besar yang menekan dada aku… sesungguh nyer ia cukup mengasyikkan ketika batang menjalan kan kerja sorong tarik sorong di dalam cipap nyer… Aku larikan jari-jemari aku dari buah dada nyer terus meramas sekitar bontot Aii Vee yang padat itu… Aii Vee merintih nikmat kesedapan… Ahh Auuuwwwww Ahhhhh Errkkkssssssss… Nada tersebut membuatkan aku semakin terangsang…..

Ku lihat Aii Vee memejamkan mata sahaja sambil merintih nikmat kesedapan dengan nada mengikut hanyunan batang aku di dalam cipap nyer.. Aku berbisik manja kepada Aii Vee… Sedap ker sayang?… Jawab Aii Vee.. MMmmmm sedapppppppp….

Aku tidak tahu berama lama lagi aku mampu bertahan kerana cipap Aii Vee begitu kuat mengemut batang aku seseolah terasa beribu-ribu tangan yang lembut meramas dan mengurut manja batang aku…Ku lihat Aii Vee terus tenggelam di dalam dunia kenikmatan nyer sendiri sesolah di awang-awangan… Ku dayung batangku sedalam-dalam nyer di dalam cipap Aii Vee….

Tiba-tiba Aii Vee menjerit kuat dan…. Arrghhh Arrrgghhh Argghhhhhhhh Ouuchhhhh.. Auuwwwwwwww…. dia telah klimaks rupa nyer…. Ku biarkan Aii Vee menikmati sepenuh nyer klimaks yang datang dari cipap nyer…..

Setelah Aii Vee puas dengan klimak nyer, aku menyambung kembali dayungan batang aku di dalam cipap nyer… Semakin lama semakin laju dayungan aku….. Dan Aii Vee masih merengek manja walaupun tidak sehebat tadi… Aku cuba menahan agar tidak terpancut dulu… kerana aku yakin Aii Vee akan turut sama klimaks sekali lagi….. Aku terus meyerang buah dada Aii Vee untuk memberikan impak maksima rangsangan demi rangsangan kepada tubuh nyer..

Ternyata tindakan aku berkesan kerana Aii Vee turut menghenyakkan bontot nyer sekali untuk mengejar klimaks nyer untuk kali kedua… Aii Vee semakin tidak terkawal……….. Henyakkan bontot Aii Vee semakin kasar dan keras dan aku pula semakin tidak dapat mengawal batang aku dari hendak memancut….

Akhir nyer aku menyerah kalah dan aku benamkan sepenuh nyer batang aku di dalam cipap Aii Vee dan boooommmm… Pancutan demi pancutan air mani aku memasuki cipap Aii Vee dan terus ke pintu rahim nyer… Aii Vee juga turut mengejang .. Oucchhhhhh Ahhhhhhhh Aii Vee melepaskan klimaks nyer dan aku pulakkk Ahhhhhh Ahhhhh Ahhhhhh Ahhhhhh… terus melepaskan sisa-sisa pancutan air mani aku…. Batang aku memuntahkan begitu banyak sekali air mani ke dalam cipap Aii Vee…

Sambil mengoyang bontot aku ke kiri dan ke kanan agar rangsangan kenikmatan turut di rasai oleh Aii Vee… Aku kemudian menghempaskan diri di tepi Aii Vee sambil meramas manja buah dada nyer…. Aii Vee menarik kepala ku agar mengisap buah dada nyer kembali…

Aku pun mengisap manja di sekitar putih buah dada Aii Vee.. Dia sekadar memerhatikan perilaku aku sambil tersenyum puas dengan apa yang dia rasai nyer hari ini… Aii Vee nak lagi… tanya aku kepada Aii Vee…. dia menjawab… I penat ler…kalau U nak lagi.. U buat sorang-sorang ler… Terus Aii Vee menolak aku lalu dia mengangkangkan kaki nyer… Aku sekadar tersenyum manja, lalu menggelengkan kepala tanda aku tidak mahu main lagi..

Aku ingin dia berehat sepenuh nyer agar dia boleh bekerja esok… Aku mencium bibir nyer dan terus meninggalkan dia untuk kebilik air untuk kencing… Aku turut mengambil kain putih yang telah di basahkan untuk mengelap cipap Aii Vee.. Nak pakai lama, kena ler kita turut membantu menjaga aset tue sekali….

Aii Vee tersenyum apabila aku mengelap perlahan di sekitar cipap nyer… Thank You sayang.. kata Aii Vee.. Aku bangga apabila melihat tompok-tompok darah dara milik Aii Vee di atas tilam aku.. Hasil kerja batang aku yang bakal membuntingkan Aii Vee di kemudian hari…

Bermula pada hari tue.. Aku dan Aii Vee kerap melakukan seks di rumah aku… Dia tidak lagi menetap di rumah sewa nyer sendiri tapi kini telah duduk sekali di rumah aku.. Jadi setiap malam Aii Vee menjadi teman tidur aku… Memang kami bersekedudukan sebab line clear kan… Memandangkan dia nie Nurse.. so aku tak risau nak pancut dalam sebab dia ada under protection dengan pil perancang di samping memakai IUD….. Hidup aku bahagia dengan Aii Vee….

Apabila dia mengemas rumah tue.. Di tidak lagi memakai baju atau seluar… So selalu jugak aku mengacau dia apabila dia sedang mengemas rumah atau memasak.. Nafsu seks aku dengan Aii Vee nie sentiasa membara… Pernah dia tengah memasak untuk aku, terus aku rangkul dia di atas meja makan dan terus menghentakkan batang aku di dalam cipap nyer..

Walupun mula-mula Aii Vee terasa amat sakit kerana tiba-tiba sahaja aku memasukkan batang aku di dalam cipap nyer, tetapi Aii Vee amat menyukai nyer.. Dia amat menggalakkan aku melakukan seks ganas sedemikian rupa dan dia cukup teruja sebagai tanda aku terasa amat ghairah dengan nyer…

Aku tidak lagi mencari awek-awek luar untuk menjadi pasangan seks aku sekarang… Aku dah ada Aii Vee dan dia lah akan menjadi teman hidup aku sekarang dan di kemudian hari.. Aii Vee pernah berkata… Batang nie Aii Vee punya…Orang lain tak boleh rasa atau tengok… Batang nie jer satu-satu yang boleh mengandungkan baby Aii Vee… Faham!…. Itulah ingatan yang menjadi pegangan aku agar tidak memburu lagi awek-awek yang berada di luar tue… Aii Vee I Love U…..

Iklan di Post