Dari Adiknya Dapat Kakaknya

Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat.
Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.
“Didik .. “ aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,” kata Sarah setelah aku mendekat.
“Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku.
“Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,” Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali.
“Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.
“Emangnya, ada apa sih?” aku balik bertanya.
“Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.”
“Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar.
“Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi.
“Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku.
“Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.”
“Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.”
Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.
“Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.
“Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku.
“Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.
“Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” aku gantian bertanya.
“Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.
*****
Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’.
Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.
Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.
Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita.
Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.
“Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.
“Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti.
“Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi.
“Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung.
“Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul.
“Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.
“Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot.
“Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,” kataku.
“Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot.
“Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya.
“Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.
“Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.
“Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.
Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu.
“Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku mengakhiri penjelasanku.
“Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.
“Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,” kataku lagi.
“Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?”
Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.
“Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala.
Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.
Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.
“Baca di rumah,” bisiknya.
***
Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.
“Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.
Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.
“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik.
“Kan lain jurusan,” aku membela diri. “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan . “ Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.
***
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.
“Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku. “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.”
Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.
“Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.
“Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku.
“Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.
“Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “Aku mau mandi, tapi bareng ya?”
“Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.
“Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.
“Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.
“Sakit Mbak,” aku meringis.
“Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.
Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.
“Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.
Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.
Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.
Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu.
Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan .
“mmmmhhhh .. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa.
Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.
Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya.
Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian.
Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.
Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
“Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku.
Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.
Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku.
“Aaa .. aaaaaa . aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.
Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.
“Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.
“Aaaah. Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.
“Aaaaaaaah . aaaaaaahhh . crottt. crotttt ..,” beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.
“Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.
***
Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.
“Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu . Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.”
Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.
“Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.

Dara Melayu Gila Batang Konek

Kisah konekku dalam pantat bulu nipis dara malaysia - Aku seorang Jurutera, graduan dari salah sebuah pusat pengajian tinggi tempatan. Sehingga ke tahun ini (2011), telah hampir 7 tahun aku bekerja. Cerita ku bermula sekitar tahun 2004 di mana waktu itu kehangatan sektor pembinaan amat menggalakkan. Imbuhan tetap cukup untuk aku menampung keluarga dan membiayai pengajian adik ku disamping wang tambahan yang ku perolehi dari sumber-sumber tertentu.
Di tahun itu aku mula menjinakkan diri dengan perempuan dan minum. Aku sering ke kelab malam di bandar 8216;M8217;. Setiap malam aku membelanjakan RM 100 - RM 150 semalam untuk minum. Untuk pengetahuan aku tidak minat pada pelacur... takut dijangkiti penyakit. Di pendekkan cerita , akibat sering ke kelab malam aku telah terpikat dengan seorang pelayan wanita yang bernama Fatimah (Bukan nama sebenar).
Fatimah adalah seorang perempuan Sarawak berbangsa Iban dan beragama kristian yang baru tiba ke bandar 8216;M8217; dari kampungnya untuk bekerja. Fatimah tidaklah tinggi dan tidak terlalu cantik tapi jika terpandang pada punggung dan kemontokan buah dadanya pasti membuat aku menelan air liur melihatnya.
Suatu hari aku diperkenalkan oleh rakan ku kepada Fatimah. Mungkin atas sebab perwatakan, raut wajah dan kemewahan seperti kereta dan motor besar ku telah menyebabkan Fatimah tertarik mengenali ku. Aku sering keluar dengan Fatimah setelah beliau habis kerja. Aktiviti ku berjalan selama lebih kurang 2 bulan tanpa aku mengambil kesempatan. Ringan-ringan adalah.... Tapi, setelah masuk bulan ke tiga tuntutan nafsu ku tidak boleh dibendung lagi hingga terasa seolah konek ku inginkan pantat gebu untuk dijamah.... Malam yang ku nantikan telah tiba.
Apabila habis sahaja menonton wayang dan makan malam , aku mengikutinya pulang kerumahnya . Tapi malam ini aku akan tidur di rumahnya. Aku dipelawa masuk oleh Fatimah kerana mak angkatnya tiada di rumah. Aku terus dibawa masuk ke bilik utamanya di mana terdapat bilik air di dalamnya. Tanpa berlengah masa setelah aku masuk, aku terus merangkul dan mengucup bibir Fatimah sepuas hati ku.
Fatimah tidak menolak apatah lagi memarahi ku sebaliknya aku berkucupan selama lebih kurang 10 minit dan akhirnya Fatimah menyuruh ku mandi dahulu...
Katanya badan aku berlengas setelah balik dari berjalan. Aku diberinya tuala mandi. Lalu aku terus masuk ke bilik airnya dan mandi. Semasa mandi pelbagai perkara menarik yang ku bayangkan bakal ku tempuhi bersama. Aku membayangkan aksi-aksi yang akan ku lakukan. Aku berfantasi akan raungan dan rengekannya semasa berasmara bersama ku. Aku pasti akan memenuhkan malam ku ini berasmara dengan Fatimah.
Sambil aku mandi serta berangan tangan ku tak henti-henti mengurut manja konek ku yang dahagakan air pantat Fatimah. Setelah selesai mandi aku terus keluar dan Fatimah pula terus masuk ke bilik air untuk mandi pula. Aku mengelap badan aku dengan tuala hingga kering dan setelah itu aku terus menyarungkan seluar dalam ku sahaja. Sekarang aku hanya menanti kedatangan Fatimah.
Aku telah baring di katil yang bersaiz 'king' tersebut dengan berselimut. Bole di katakan suasana bilik Fatimah malap kerana hanya dipasang lampu tidur sahaja. Ini telah membangkitkan kegairahan aku. Tak lama kemudian Fatimah keluar dari bilik mandi. Fatimah terus sahaja menanggalkan tuala dari badannya lalu terus memakai baju tidur. Baju tidurnya berwarna putih jelas sekali menampakkan susuk badannya yang gebu. Semasa Fatimah berjalan menghampiri ku , dapat ku lihat tundun pantatnya yang montok. Hati ku berdegup tak sabar untuk meratah badan Fatimah.
Apabila Fatimah menghampiri ku, aku terus merangkul pinggangnya dan kami berkucupan dengan gairahnya. Kucupan ku tidak hanya hinggap di bibir tapi di leher, pipi dan telinganya. Di masa itulah dapat ku lihat Fatimah mengeliat kesedapan apabila ku kucup bertalu-talu.
"Abang sedapnya .." kata Fatimah.
"Mana abang belajar beromen ni...?"
"Abang selalu tengok TV cerita blue, tentu abang pandai..." kataku.
Dalam pada aku bercium ,tangan ku mula merayap ke bahagian buah dadanya yang bersaiz agak besar. Aku terus meramas buah dadanya dari luar baju tidur tersebut. Fatimah juga pandai memainkan peranannya, apabila tangannya mula meraba dan mencapai konek ku dari luar seluar dalam.
"Besarnya konek abang...!" kata Fatimah.
"Besar pun bukan orang lain yang dapat. Tak suka ke konek abang besar?" kataku.
Fatimah hanya diam tapi kini tangannya sudah berani merayap ke dalam seluar dalam ku. Akhirnya seluar dalam ku dilurut jatuh olehnya. Apalagi tersergamlah batang konek ku yang berukuran 7 inci itu. Batang ku amat tegang dengan kepalanya yang amat besar pasti dapat memuaskan Fatimah nanti. Dalam pada masa yang sama aku juga melurutkan baju tidur Fatimah. Maka terpampanglah di depan mata ku betapa gebunya gadis Sarawak ini. Aku teruskan aksi ku dengan menyonyot puting dadanya yang kecil dan tegang itu manakala tangan ku sudah mula merayap ke bahagian pantatnya yang berbulu nipis.
Fatimah sudah tidak keruan lalu genggaman dan urutan ke konek ku makin di perhebatkan. Kesedapan yang ku rasa semasa menyonyot dada Fatimah dan konek ku dibelai olehnya bukan itu sahaja. Fatimah rupanya lebih advance dari ku. Fatimah terus melepaskan tangannya dari konek ku.
Kini Fatimah turun merangkak ke konek ku, lalu dikulumnya batang ku dengan gelojoh. Kehangatan mulutnya dapat ku rasakan pada konek ku. Konek ku yang besar dan panjang itu dikulumnya sehingga habis hingga sampai ke anak kerongkongnya. Dasyat juga penangan minah Sarawak ini. Lebih kurang 5 minit konek ku berada di dalam mulutnya.
Kini Fatimah mengubah posisi yang memang ku tunggu-tunggu selama ini iaitu POSISI 69. Aku terus menjilat pantatnya yang memang sudah berlendir sejak kami bergomol tadi. Pantat Fatimah sungguh tembam dan baunya taklah busuk... mungkin Fatimah pandai menjaganya. Segenap penjuru pantatnya ku jilat hingga ke biji kelentitnya yang tak bersunat itu. Biji kelentitnya panjang sedikit dari biji kelentit perempuan Melayu yang sudah bersunat.
Tapi biji kelentit Fatimah ni memang sedap.... Aku gentel biji kelentitnya dengan lidah ku hingga Fatimah nampak tak keruan. Punggungnya terangakat-angkat bila aku mempercepatkan jilatan ku di bijinya. Aku tidak menjilat di situ sahaja tapi jilatan ku meliputi setiap rongga atau lubang yang terdapat dipunggungnya itu.
Di masa itulah aku dapat rasakan kehangatan air Fatimah melimpah dari lubang pantatnya... Aku tahu Fatimah akan klimaks sebentar lagi kerana tak tahan dengan jilatan ku, namun aku memang mahu Fatimah klimak agar selepas ini senang ku ratah pantatnya dengan konek ku pula. Akhirnya Fatimah klimaks... Lalu dikepitnya kepala ku yang memang berada di celah pantatanya tadi dan konek ku dilepaskan dari konek ku.....
"Ahhhhh......Abang memang pandai jilat. Hari-hari kalau abang jilat kan bagus..." kata Fatimah. Aku hanya mampu tersenyum sahaja.
Kini aku mengubah posisi ku iaitu aku di atas dan Fatimah ku kangkangkan walaupun Fatimah nampak keletihan di masa itu. Aku masukkan konek ku perlahan-lahan di lubang pantatnya... Agak sukar memasukkan batang ku kerana pantatnya yang tembam dan sempit itu menyukarkan konek ku meratah jauh ke dalam lubuknya.... Akhirnya dengan sedaya upaya ku berjaya menyodok pantatnya.
"Ahhhh.....abang...!. Batang abang besarnya !" kata Fatimah. Aku tak mempedulikan katanya aku teruskan dengan dayungan ku. Aku puaskan pantat Fatimah di kelima-lima makamnya. Kini aku betul-betul puas dan seronok kerana akhirnya aku dapat meratah pantat Fatimah. Tidak cukup itu sahaja kali ini aku ingin pula mencuba lubang duburnya pula. Aku tonggengkan Fatimah dan aku mula menusuk lubang juburnya. Lubang jubur Fatimah memang sempit mungkin belum pernah diterokai lagi.... Aku tahu Fatimah merasa sakit dengan tusukan aku ini tapi aku dan Fatimah tak peduli itu semua kerana malam ini pasti menjanjikan kesedapan bersama.
Akhirnya lubang jubur Fatimah dapat ku tembusi. Aku mendayung sepuasnya di lubang duburnya. Memang sedap....! Akhirnya aku dapat rasakan masa untuk ku akan samapi lalu ku cabut konek ku dan ku tarik kepala Fatimah merapati konek ku. Kini ku tabur segala air mani yang terpendam semenjak tadi ke dalam mulutnya yang ternganga termengah-mengah menahan segala kesedapan yang ku berikan tadi. Segala air mani ku ditelan oleh Fatimah dengan berseleranya. Fatimah menyatakan kepada ku betapa hebatnya lelaki melayu di atas ranjang berbanding dari bekas pakwe nya yang satu bangsa. Fatimah berterima kasih pada ku kerana telah memberikan sebaik mungkin kepuasan padanya selama hampir satu jam setengah kami berasmara.....
Kini Fatimah berani pula meminta agar malamnya dipenuhi dengan santapan konek ku .... Akhirnya malam itu kami berasmara hampir 5 kali.... Keesokkan paginya ku dapat lihat Fatimah longlai dengan penangan konekku ini.

Dalam Kereta

Nama aku nasya..aku ada seorang pakwe..nama dia zamir,aku dah 3 tahun setengah..berhubungan dengan dia,
(berkasih-kasihan lerr..takkan korang tak paham kot..)sepanjang 3 tahun ..kami hanya buat yang ringan-ringan sahaja,,,
tidak langsung terfikir nak buat lebih dari itu..takat cium mulut,hisap-
menghisap tu..perkara biasa..bila kami berjumpa,pada satu hari,kami keluar makan...dah 3 hari kami tak keluar bersama,rindu??tuhan sahaja yang tahu,,,so..lepas makan,,,
zamir bawa aku..pusing kl...kitaorang pergi klcc.,pastu..pusing dan pusing....
masa tu..tak silap aku..pukul 9 malam..lepas pusing klcc..kitaorang rasa nak balik..memandangkan..besok zamir kerja..on the way balik ke Ampang,
perkara terkutuk ni berlaku...mula2,aku tahu dia segan dengan aku..untuk memulakan peranan..tapi,,bila aku tengok dia drive..serta-merta breast aku.terasa tegang,dan cipap aku,
,berair,,kuat seks betul...aku pun tak tahu kenapa..sebelum..aku keluar dengan dia..dah memang aku merancang.,,,hendak merasa..bagaimana rasa orang buat seks...so..aku teruskan godaan..jari-jari aku..mengusap2 pelan-pelan paha zamir..mula2 dia macam terkejut...,
'mir,i love u,,,,
'aku cakap kat dia..tangan aku..dah mula zip seluor dia,
'sha,kenapa ni??'
dia terus memberhentikan kereta....
'mir.sha..nak....plz'
nak apa??
buat2 tak paham pulak..balak aku sekor ni..
aku pun..apa lagi bertindak ganas...aku..pegang dia punya kote...keras..dan tegang..
'mir,sha isap yer??'
dia mengangguk...sedap laa tu..
aku hisap kote dia...macam isap ais-krim..lepas tu.aku dengar dia mengeluh,,
uh,,ah,,uh ahhh...sha...lagi sha..lagi..sedap...'
'sedap mir???mir...buatkan untuk sha..'
lalu..dia bukak kemeja aku...dan jilat tetek aku....tangannya mula menular masuk kedalam seluar kecik aku...dan mengorek2..lubang pantat aku....lubang aku terasa panas..kerana jari hantunya didalam..
'mir...tak nak fuck sha ke??'
dia senyum...sha tak marah??
'apa saja mir,sha dah tak tahan,,plz mir..'
mir..mengesel2 kepala kote..dekat cipap aku..dannn....................aduh!!!!!...mir....pelan2 sikit mir..sha sakit...aku lihat,ada kesan darah tempat duduk aku,,
'sabar sha,'
mir,sedap mir,...sedappppppppppp'
kote dia berada dalam cipap aku....upacara masuk keluar..masuk keluar berlaku..sakit???
nikmat mengatasi segalanya...lepas pancutkan luar dari cipap aku...
'mir..sha sayang mir,,,lain kali..boleh sha dapat lagi??'
dia hanya tersenyum...dan mengusap2 breast aku...sekali lagi..cipap ku..berair..dan kali kedua,ketiga.dan keempat...keluar masuk keluar masuk berlaku....
nikmat tak terhingga......keesokkan harinya..aku jalan mengangkang,kawan2 sepejabat aku tegur..diorang apa tahu...,
selepas daripada itu...aku dan mir..buat dan buat lagi...setakat ini..aku tak pernah megandung lagi....
Sekian saja,,,,satu jam lagi..mir akan datang kerumah aku,,,dan kami akan buat lagi..kali ini..tapi dgn gaya yang berbeza

Curang

ku adalah seorg yg berjaya, berusia 37 tahun mempunyai 3 org anak. Isteriku namanya Aida merupakan seorg doktor. Nak katakan kami ni kaya taklah sangat. Cuma mampulah jugak kalau dlm 2.3 kali seminggu tu makan kat restoran 5 bintang.
Rumahtangga aku pulak mmg bahagia kalau ada selisih faham tu biasalah kan. Mana ada rumahtangga yg langsung tak ada ribut taufan sekali sekala. Kalau ada yg dakwa rumahtangga dia tak pernah ada masalah, itu menipu namanye.
Aku ngaku yg aku ni bukanlah seorg suami yg baik ataupun jujur ngan isteri ku. Pernah jugaklah aku curang ngan isteri ku. Sememangnye aku punyai nafsu yg ... (entahlah mungkin pada ni tak pelik lagi kut)
Aku lebih teransang pada bini org. Kalau diberi pilihan antara bini org atau anak dara..semestinye aku akan pilih biniorg. Bglah anak dara rupa mcm ratu cantik dunia sekali pun.aku akan tetap pilih biniorg.(biniorg tu mestilah yg oklah...kalau tak ok sapa yg nak..kan?).
Aku tak pernah kenal ngan nurse satu hospital ngan wife aku ni. Selama ni kalau umah aku ada buat open house ke.mmg tak pernah pun dia dtg. Nak dijadikan cerita, hari tu kereta bini aku ada kat workshop so terpaksalah aku kena ambik dia balik keje. Biasanye kalau aku tunggu Wife aku ni selalu jugaklah aku masuk dlm hospital tu. Ward gynaecology tu ramai jugaklah aku kenal.tapi nurse ni mmg aku tak pernah tengok.
Tengah berbual ngan doktor2 dan nurse2 kat situ..aku terpandang sorang nurse ni. Mmg rupa.badan dia ni buat aku tak senang duduklah. Bernafsu. Tengah sembang2 tu aku pun buat2 senyumlah..ada sorang dr kat situ mcm perasan sambil aku borak2 aku duk asyik pandang nurse tu. Tiba2 dr tu panggil nurse tu introduce kat aku. Kami pun salam2lah.
Nama dia Zana (nama tipu.takan nak bg tau nama betul kut). Lepas salam tu dia pun terus sambung keje. Wife aku dtg dan kami pun baliklah. Aku Tanya wife aku nurse tu. Wife aku kata dia baru join ..sebelum ni dia keje kat hospital kerajaan. Umur dia 31 tahun anak 1. Rupa dia nak kata lawa sgt tu taklah sedap mata memandanglah katakana.
Tapi aku suka body dia..agaknye dlm 36B 30 36. Aku ni suka badan cam tu.berisi sikit. Bodi mcm model bukan taste aku. Sampai balik umah pun aku terbayang nurse tu..cara dia berjalan.ermmm mmg mengancamlah.
Aku tanam niat camana nak kenal ngan nurse tu. Tapi aku buntu. Bukan senang..dahlah dia tu satu tempat keje ngan bini aku. Aku sebolehnye nak ngelak dr ada affair ngan bini org yg satu tempat keje ngan bini aku ni...byk masalah akan timbul. Sebelum ni bukan takde yg aku berkenan..pernah dulu aku berkenan kat dr sorang tu..lawa mmg lawa.anak mami, rupa mcm Amisha Patel.
Sapa yg minat kt filem Hindustan taulah.kan? Tapi aku tak sanggup. Dgn nurse ni lain mcm sgt rasanye..rasa mcm tarikan dia tu kuat sgt. putih kata ada chemistry. Puas aku fakir camana nak mulakan sampai aku tertidur. Sehinggalah dlm 4.5 hari aku pun malas nak fakir sgtlah pasal nurse tu.
Satu hari tu aku balik dr ofis dlm pukul 7.30pm. Bila masuk dlm umah terperanjat aku nurse Zana tu ada dlm umah aku. Kalau pembaca semua adalah masa tu..mmg akan gelak sakan kat aku. Aku kaku berdiri dlm 2.3 min jugaklah. ..bayangkanlah. bila tengok dia tengah duduk atas sofa kat living room tu.
Aku tersentak bila wife aku cakap si Zana ni tumpang balik jap sementara tunggu suami dia dtg ambik. Suami dia tu pengurus kilang di keramat. Rumah aku plak kat bukit antarabangsa so tak jauhlah. Barulah aku tau dia dtg umah aku tu bersama ngan bini aku. Kami makan mlm bersama. Tapi aku tak byk cakap. Tapi aku asyik duk perhatikan dia jer.
Apa yg bini aku borak ngan dia aku tak ambik kisah sgt. Bila dah makan semua dia bangun nak cuci tangan aku duk perhati je badan dia. Dia pakai track suit ngan sleeveless t shirt.ketat. Mata aku tak lepas dr tenung buntut dan dada dia. Sejak dr hari tu dia boleh katakan hari2 singgah umah aku dulu sementara tunggu suami dia dtg ambik.
Sehinggalah satu hari tu, dlm kul 8 mlm, wife aku dpt call dr hospital ada patient yg terpaksa bersalin cara ceasar.ada complication. So wife aku pun pegilah. Tinggallah aku, dia , maid aku dan anak2 aku.
Sampai dlm kul 10 lebih anak2 aku naik tidur. Maid plak biasanye kalau takde apa dia berperaplah dlm bilik dia. Dia call suami dia, suami dia kata ada machine breakdown so production takleh jalan.
So terpaksalah suami dia settlekan dulu masala
u. Kat living room tu tinggalah aku ngan dia. Macam2 ceritalah kami borak. Sambil borak2 tu .aku ni mcm biasalah mata terpaku kat dada dia..kalau dia bangun jer aku tenung kat punggung dia bulat mcm Jlo.
Lama2 aku tak tahan..dah rasa stim semcm. Aku bangun nak ke dapur nak buat air dia.dia kata takpe dia buat sendiri..wife aku pun selalu cakap ngan dia.kalau rasa nak minum ke makan ker buat mcm umah sendiri.
Dia bangun ke dapur buat air. Aku ikut sekali ke dapur berdiri membelakangkan dia. Dia kata kat aku yg ikiut sekali ke dapur tu tak percayakat dia ker. Aku kata takdelah camtu.Cuma kalau dia tak jumpa cari gula ke susu ke senang aku tunjukkan. dlm pada tu aku cukup bernafsu. Aku dtg dekat ngan dia dr belakang. Entah macamana setan dah rasuk abis dah.
Aku betul2 berdiri belakang dia...aku pegang bahu dia..gosok2.dia terkejut. Aku terus pegang bahu dia.sambil aku cium leher dia. Dia suruh aku lepaskan dia kata jangan buat camtu. Aku terus cium leher sambil tangan aku gosok2 lengan dia..mulut dia mmg terus berkata jangan..jangan.tapi setakat mulut jerlah..sambil biar je aku cium leher dia. Aku dpt rasa dia dah naik biji2 kat lengan dia.
Aku terus cium leher dia ..tangan aku mulalah peluk dia..sambil pelan2 ramas tetek dia.
Dia dah tak tentu arah..aku tau dia stim tapi rasa serba salah.
Aku teruskan lagi .ramas2 tetek dia dr belakang...tiba2 jer terus dia pusing mengadap aku..belum dia cakap apa2 terus aku cium mulut dia.sambil tangan aku raba buntut dia pulak. Dia Cuma biarkan aje tapi aku tau dia dah teransang. Tangan masuk dalm baju dia.selak bra dia. Putting tetek dia pun dah keras.
Aku gentel2..sambil terus beromen. Suara dia dah tak tentu arah. Aku tau masa tu aku tak sia sia kan.aku akan masukkan jugak btg aku dlm cipap dia. Sebelum aku terus nikmati seluruh badan dia sambil berdiri. Satu persatu pakaian dia aku bukak..dia diam .biarkan aje.
Aku terus isap putting dia.sambil tangan merayap kat celah kangkang dia..dia mmg dah stim..air cipap dia pun dah banyak. Aku aku pusingkan dia membelakangkan tarik sikit buntut dia yg bulat tu..aku pun kuar kan btg aku masukkan dlm cipap dia kami main doggie sambil berdiri.
Masa main sorong tarik tu.aku suka cara dia mengeluh.mmg buat aku lebih horny. Hinggalahdlm 30/.40 minit aku climax. Aku berborak ngan dia sambil berbogel kat dapur.borak punya borak..kami pun main lagi.kali ni aku duk atas kerusi makan.dia duk atas aku sambil mengadap..hinggalah dia climax 2 kali.
Lepas dlm 1 jam kite org main utk 2nd time tu suami dia pun call nak ambik dia.
Sejak dr ari tulah..aku selalu main ngan dia. Kalau susah sgt aku akan check in kat hotel lepas keje. Pernah jugak main dlm kereta. Hubungan kami masih lagi kekal sekarang ni. Pandai makan pandai simpan seperti kata orang...

Cover Line

Pendekkan cerita.. Sebenarnya Linda, isteri Johar ada affair dengan Abang N. Dia menurut sahaja keperluan suaminya, Johar yang mahu mencarikan seorang girlfriend untuk sepupunya, Abang N yang sudah lama menduda itu dengan harapan sepupunya itu bernikah semula. Abang N pula seorang bizman yang berjaya.
Hehehe!! Johar, suaminya tidak tahu siapa Abang N, sepupunya. Hal-hal yang discreet dan rahah. But I know Abang N better, luar dan dalam.. Deep in me I am jealous tapi I tak boleh tunjuk dan ikut sahajalah keperluan suami. Di satu love making mereka.. Linda(aku) dan Abang N.
Aku mengacah-acah kepala zakar Abang N dengan lidahku. Tanganku bergerak laju melancapkan butuhnya. Tempo halajuku membuatkan airmani Abang N berkumpul penuh didalam buah pelir. Aku meramas-ramas buah zakar Abang N sambil sebelah tangan semakin laju membelaibatsangnya yang besar, panjang dan tegang itu.
Tiba-tiba aku cuba menjolok jari hantuku ke lubang dubur Abang N. Aku tidak hiraukan kerana terlalu steam. Abang N membiarkan saja jari telunjukku menjunam ke dalam lubang duburnya. Zakar Abang N tegang bagaikan nak meletup!! Aku dapat merasakan urat maninya timbul dipenuhi cecair.. Kelazatan yang amat sangat tak dapat dibendungnya lagi pabila jariku terus menguit suis rahsia.. Abang N sudah tidak tahan dengan perlakuan oralku ke batang butuhnya dan juga ke duburnya. Dengan satu teran yang kuat Abang N menyemburkan airmaninya yang pekat dan memancutkan ke mukaku.
Hangat dan air mani yang pekat itu melekat di pipi dan hidungku. Mulut kubuka luas untuk menadah siraman airmani dari butuh Abang N yang terus memancutkan isinya hingga titisan terakhir. Lidahku liar menjilat setiap titik air mani dan menelannya. Malah aku membersihkan kepala kote Abang N dengan mulutku dan menelan saki baki airmaninya. Sedapp. Aku terus mengurut urat zakarnya untuk mengeluarkan setiap titik air mani, seolah-olah aku menghargainya bagaikan butir permata.
Puting tetekku yang keras menyentuh perut Abang N, membuatkan batangnya mencanak keras. Abang N tak membuang masa lalu bibirnya mencari buah buntutku yang halus dan pejal itu. Bila hembusan nafasnya singgah di punggungku, meremang lubang roma yang terangsang oleh kehangatan nafas jantan.
Abang N mengigit geram daging punggungku yang pejal, sambil itu lidahnya sengaja dipanjangkan dan menjilat celah dua kelopak farajku.
"Oohh? Ahh.. Hmm.. Nicee," rengekan kecilku.
Cipapku kini basah dengan air mazi yang mula meleleh di celah pahaku memberi petanda yang aku sudah bersedia untuk direndam oleh zakar Abang N di dalam lubang cipapku.
Cipapku tercungap-cungap bagaikan menjemput kote Abang N untuk terus bermukim di kebun farajku. Abang N juga mengacah-acahkan lidahnya dari menyentuh kelentitku yang memanjang dan mengeras terselit di pelepah cipap gebuku.
"Oh yess.. Yess.." Suara halusku kedengaran merelakan perlakuan Abang N 100% memakan pussyku. Dan aku kini mengangkakang kakiku luas-luas. Abang N menusuk, menujah dan menghunjam kepala kotenya ke dalam lubang pukiku.
Aku menjerit langsing dengan nafasku kuat dan tubuhku menghong-gah ke depan dan ke belakang. Kote Abang N sudah berdesa di lu-Bang cipapku. Aku menerima seluruh batang butuh Abang N sehing-ga rapat ke pangkalnya. Senak dan penuh rasanya. G spotku dalam gua nikmat kegelian dan keseronokan. Aku kelampusan. Dipompa dan aku menerima melawan henjutan Abang N. Kemutan vaginaku menjadi lebih kerap apabila batang butuh Abang N yang berurat itu menyentuh dan mengesel keliling dinding farajku.
"Arghh.. Urghh.. Abang Nn.. Sedapp.. Fuck me.. Fuck me..!" Renggek dan rayuku meminta dikongkek kuat-kuat oleh Abang N. Tubuh kami berpeluh. Butuh keras Abang N masih mengancak dalam lubang pukiku..
Aku sudah orgasme beberapa kali dalam oral dan penetration ini. Namun Abang N masih terus mempulun henjutannya dan kurasakan bagai nak rabak bibir pukiku.
Sukar aku hendak melepaskan Abang N. He can have a lover or a wife for that matter, I don't care as long as I can be fucked by him whenever I want. Tak gitu? Yes, why not? Aku angguk dan aku mahu Abang N boleh mengongkek aku bila aku mahu dikongkek. Yes.. Yes.. Yes.. Itu sahaja keperluanku

Dewi dan Doktor Kandungan

Malam itu terlihat Dewi sedang berada disebuah tempat praktek Dokter Kandungan, setelah kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Andi dan Sugito (baca: Dewi-Andi & Dewi-Sugito). Dewi takut suatu saat nanti dirinya hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai hamil pasti suaminya akan mengetahui perbuatannya bersenggama dengan orang lain.
Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota selama 2minggu, Dewi yang memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk dia, karena Dewi ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih dari 2 minggu, Dewi tidak dapat menikmati sodokan-sodokan kontol-kontol perkasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya, karena ia takut akan hamil.
“bu Dewi,”
Dewi mendengar namanya dipanggil.
“Yach, betul,” Dewi menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yang ternyata suster di tempat praktek ini.
“Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari ikut saya, bu.!!”
“Oh..yach,” jawab Dewi, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.
Dewi baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yang tadi lumayan penuh dengan pasien, sekarang telah kosong, Dewi menyadari bahwa ia adalah pasien terakhir.
“Dok, ini ibu Dewi pasien terakhir kita malam ini,” Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam ruangan praktek itu
Dalam hati Dewi membatin,”masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Dewi memperkirakan dokter ini seumuran dia.
“Malam, dok,” Dewi menyapa si dokter.
“Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang bisa saya bantu??,” si dokter menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Dewi duduk.
Sebelum sempat Dewi menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster berkata,” Dok, ibu Dewikan pasien terakhir, dan saya kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,”
“Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Dewi, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.
Tak lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Dewi,” maaf yach bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang dating lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Dewi-kan pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang”
“Oh..gak apa-apa kok,” balas Dewi
“Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.
“Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau suami saya itu memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yang bagus untuk saya,” Dewi menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.
“Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya berapa anak?” tanya sang dokter lagi.
“yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu anak, “ jawab Dewi sedikit berbohong, karena tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam menikmati kontol-kontol perkasa tanpa takut akan hamil.
“Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??” si dokter memastikan.
“Hmmhh.betul,” Dewi menjawab sambil tersenyum.
“Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,” tanya sidokter.
“maksudnya??” Dewi balik bertanya.
“Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan dengan suami, sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung telur ibu yang dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,” jelas sang dokter panjang lebar.
“Ooohhh.begitu,” gumam Dewi,” Kalau gitu saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak”
“Ibu mengambil keputusan yang tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,” kata si dokter sambil menunjuk kearah ranjang.
“Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.
“wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu berkata sambil tersenyum saat melihat Dewi mengenakan jubah itu dengan bagian yang terbukanya berada didepan.
“Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya, karena mata saya akan melihat kedada ibu terus,” lanjut sidokter sambil bercanda ke Dewi.
“Ohhh.he..he..dokter bisa aja,” Dewi tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.
Dewi bingung melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Dewipun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.
Setelah selesaimempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Dewi diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,
“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.
Tanpa menunggu jawaban Dewi, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Dewi satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri kanan kaki Dewi itu, perbuatan sidokter membuat Dewi terhenyak, Dewi tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini, kemaluannya akan Nampak jelas didepan sidokter, mukanyapun menjadi merah karena menahan malu, melihat Dewi yang tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, sidokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Dewi ke dokter kandungan.
“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Dewi.
“Hhmmmhh..,” Dewi hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.
Kedua jari tangan kiri sidokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Dewi dari sebelah atas, sehingga kelentit Dewi tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan sidokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Dewi, sementara Dewi merasakan geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Dewi mulai bangkit, memeknya mulai basah.
“Ouugghhh...ssshhhh,” Dewi menjerit lirih saat merasakan alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.
“Maaf..bu.!! sakit.!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.
Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Dewi yang masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir vagina Dewi dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Dewi, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang vagina Dewi yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Dewi jarang dipakai oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek Dewi sudah basah.
“Hhhhmmmm.sssshhhh..hhhmmmm...ssshhhh..” Dewi merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.
Mendengar lirihan Dewi, sidokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..”
Setelah melihat cengkraman dinding vagina Dewi dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Dewi, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir vagina Dewi, sidokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina Dewi, gesekan yang ditimbulkannya membuat Dewi mengerang lirih.
Setelah terlepas, sidokter kembali memijat-mijat vagina Dewi, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Dewi, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Dewi sendiri yang dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.
“Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,” Dewi berkata dalam hatinya.
Tangan Dewi yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Dewi kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Dewi telanjang bulat didepan sang dokter, tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya mendesis-desis menandakan Dewi sedang menikmati semua itu.
Sang Dokter yang melihat aksi Dewi melucuti jubah dan Bhnya serta aksi remasan tangan Dewi dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Dewi yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Dewi yang membuat Dewi semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah sidokter, aksi sidokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Dewi, dengan gerakan perlahan-lahan sidokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang vagina Dewi semakin basah, erangan-erangan Dewipun semakin sering terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan sidokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Dewi betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.
“Ouughhhh..dddoookkk..eenaaaakkk.aakhhuuu.mau..kel luaarr.ssshhh.aagghhhh..”Dewi merintih-rintih kenikmatan.

Ssssrr..ssssrrrr..ssssrrrr.. memek Dewi memuntahkan lahar kenikmatannya.
Tubuh Dewi mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Dewi yang membasahi jari tangannya.
“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.
“Iyaachh.”Dewi menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh.
Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Dewi, membuat Dewi menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kontolnya di lubang memek Dewi, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Dewi, setahap demi setahap.
Sleeepp..bleeessss..bleessss...
Kontol sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Dewi, Dewi yang merasakan kontol dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya membatin,”lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak sebesar punyanya pak Sugito”.
“Ssshhh..aaaaghhhh..dook.kontolmu besar juga.. sssshhhh..puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh.”desis Dewi.
Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang senggama Dewi, kedua tangannya berpegangan dipaha Dewi, lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Dewi dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka.
“Ouughhh.dookkk.teeruusss.ssooddokkk .memekkuuuu.dengaaannn kkonttolmu..ituuu. aaaggghhhh.” Dewi mengerang kenikmatan menikmati sodokan kontol sang dokter di lubang senggamanya.
“Hhhhmmmm.aaaaghhh.memekmuuu.benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk. oouughhh . koontooolllkuuu.teerjeppiitt.bbeetulll. “ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Dewi dibatang kontolnya..
“Teekkaaannn.lebih daaalllaamm.dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh.oouughhh.,” rintih Dewi meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya.
Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Dewipun semakin sering terlihat melenting dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan kontol sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.
“Ouughhh.doookkk.aaaakkkkuuu.kkeeelluuarrr,” Dewi mengerang tubuhnya melenting.
“Akkkhhuuu.juuggaaa.mmaaauuu..ooouugghhhh..” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang senggama Dewi, lalu terdiam.
Creeetttt...ssssrrrr...ccrreeeettt...ssssrrrr...
Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Dewi dan ia juga merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut meremas-remas batang kontolnya, Dewi sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Dewi sendiri merasakan pada dinding vaginanya batang kontol sang dokter berdenyut-denyut.
Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya dari jepitan vagina Dewi setelah ia merasakan remasan-remasan dinding vagina Dewi berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan Dewi, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lendir kenikmatan Dewi mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai.
Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Dewi bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Dewi mengangguk tanda mengerti dalam hati Dewi berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”
Sebelumpulang Dewi bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Dewi, gratis!!! bisiknya
Dewipun pulang dengan tersenyum simpul, dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi kontol yang bisa membuat puasku, yang bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.

Cikgu Suraya Episod 1

Aku teringat akan kisah yang berlaku 10 tahun yang lalu, ketika aku masih lagi di alam persekolahan. Kisah yang bakal aku ceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap aku, terhadap kehidupanku.

Semasa berada di tingkatan 5 di salah sebuah sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifat seorang yang pemalu dan takut terhadap perempuan. Ketakutanku itu bukan kerana takut macam orang nampak hantu, cuma tiada kekuatan dalam diri untuk aku berhadapan dan bergaul dengan mereka. Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolah aku tu pulak, sekolah lelaki. Semua pelajarnya lelaki, perempuan yang ada hanyalah cikgu aje. Jadi, tambah-tambahlah 'ketakutan' aku pada kaum hawa itu.

Walaupun aku 'takut' terhadap perempuan, keinginan aku untuk bergaul dengan mereka amat tinggi. Aku sering berangan ada awek, dan cemburu melihatkan rakan-rakanku yang ada awek dan sering keluar bersama awek mereka. Aku juga ada tabiat yang lain, iaitu 'geram' melihat perempuan lawa dan seksi, selalunya Cina. Bila aku ke pekan, aku sering stim sendiri melihatkan awek-awek Cina yang seksi dan mengghairahkan itu. Sebab itulah aku selalu melancap.

Di sekolah aku tu, cikgu perempuannya ramai daripada lelaki. Cina ada, India ada, Melayu pun ada. Dalam banyak-banyak cikgu perempuan yang ada, ada le tiga orang yang lawa. Dua Cina seorang Melayu. Cikgu Cina yang dua orang ni mengajar Tingkatan 6, selalu pakai skrit aje datang sekolah. Seorang namanya Mrs. Dorren dan sorang lagi Miss Jennifer. Mrs. Dorren ni walaupun sudah ada anak tiga orang, umurnya sudah dekat 40, tapi badannya mengancam lagi. Miss Jennifer pulak masih belum kahwin, tapi umur sudah lanjut, dekat 35 tahun sudah. Masih solid lagi. Biasalah, Cina memang punya bentuk badan yang menarik. Cikgu melayunya pulak, baru aje ditukarkan ke sini, dengar cerita dia daripada Kedah. Dia pindah sebab ikut suaminya yang bertukar ke sini. Kami panggilnya Cikgu Suraya yang berusia lingkungan 26 tahun. Dia ni baru aje kahwin, anak baru sorang umur setahun lebih. Dengar cerita, lepas aje belajar, dia terus kahwin. Duduk di Kedah setahun, terus tukar ke sini. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Kerajaan.

Aku sangat suka melihat ketiga-tiga orang cikgu ini, wajah mereka, badan mereka sungguh menawan, terutama Cikgu Suraya walaupun dia tidak berpakaian seksi, tetapi tetap menghairahkan. Bila Miss Jennifer atau Mrs. Dorren nak balik, atau baru sampai, aku mesti menerpa ke arah kereta mereka. Bukan nak tolong angkat buku, tapi nak tengok peha gebu mereka semasa duduk dalam kereta. Kemaluan aku pun menegang masa tu. Cikgu Suraya, susah sikit nak nampak keseksiannya, sebab dia berbaju kurung ke sekolah. Bila dia pakai kebarung, baru nampak sikit bentuk tubuhnya yang montok dan kecil molek itu. Apa yang aku suka sangat kat Cikgu Suraya tu ialah, wajahnya yang lembut dan menawan, suaranya manja bila bercakap. Dengan bentuk badan yang kecil molek, kulit yang cerah akan memukau mata sesiapa sahaja yang terpandang.

Tapi sayang seribu kali sayang, ketiga-tiga mereka tidak ditakdirkan mengajar kelas aku. Aku hanya dapat tengok waktu rehat, waktu perhimpunan ataupun di bilik guru sahaja. Tiada urusan yang membolehkan aku berdamping dengan mereka.

Entah bulan berapa aku tak ingat, kalau tak silap dalam bulan 3, cikgu metematik aku berpindah ke sekolah lain, sebabnya aku tak berapa ingat. Jadi, selama 2 minggu kami tidak belajar matematik.

Masuk minggu yang ketiga, waktu pelajaran matematik, Cikgu Suraya masuk ke kelas kami. Kami semua tertanya-tanya, adakah dia masuk untuk ganti sekejap ataupun mengajar subjek itu menggantikan cikgu lama. Cikgu Suraya yang melihatkan kami semua tercangak-bangak, menjelaskan bahawa dia akan mengajar matematik untuk kelas ini menggantikan cikgu lama. Dengan tak disangka, semua pelajar dalam kelas bersorak gembira termasuklah aku. Aku tak tahu mereka gembira sebab dapat cikgu ataupun gembira sebab lain. Yang pasti, aku gembira sebab cikgu yang paling cantik, yang selalu aku angankan akan masuk mengajar di kelas ini. Ini bermakna aku dapat tengok dia hari-hari.

Mulai hari itu, cikgu Surayalah yang mengajar matematik. Aku pun sudah jadi minat dengan pelajaran ni, walaupun aku tak pernah lulus matematik sebelum ni. Aku sering tanya dan berjumpa dia bertanyakan masalah matematik. Daripada situ, pengetahuan matematik aku bertambah, aku lulus juga akhirnya dalam ujian bulanan walaupun hanya cukup-cukup makan.

Oleh kerana terlalu minat kat Cikgu Suraya, aku dapat tahu serba sedikit tentang latar belakangnya. Bila birthday dia, tinggal di mana dan keadaan keluarganya. Dalam bulan Mei, Cikgu Suraya punya birthday, aku pakat satu kelas ucap Selamat

Hari Lahir bila dia masuk nanti. Bila Cikgu Suraya masuk, ketua kelas mengucapkan "Selamat Hari Lahir" dan diikuti oleh kami semua. Dia terperanjat, dan tanya mana kami semua tahu birthday dia. Budak-budak lain tunjuk aku, mereka kata aku yang beritahu. Cikgu Suraya tanya mana aku dapat tahu, aku jawab "ada lah". Lepas tu dia tak tanya lagi.

Cikgu Suraya tinggal di rumah teres bersebelahan taman tempat aku tinggal, lebih kurang 2 km dari rumahku. Waktu cuti, aku selalu ronda dengan basikal ke taman perumahan tempat tinggalnya. Aku tahu rumahnya dan selalu bersiar-siar di situ.

Ada sekali tu, waktu sedang ronda, Cikgu Suraya sedang memasukkan sampah ke dalam tong di luar rumah. Dia ternampak aku, dan terus dipanggilnya. Aku pun segera pergi ke arahnya. Dia tidak memakai tudung, terserlahlah rambutnya yang lurus paras bahu itu. Sungguh ayu aku lihatnya petang itu.

"Amir, hang dok kat sini ka?" tanyanya dalam loghat Kedah.

"Tak juga" balasku. "Dekat-dekat sini aje"

"Cikgu tinggal sini ke?" saja aku tanya, padahal sudah tahu.

"Haa.. "

"Sorang aje? Mana suami?"

"Ada kat dalam, dengan anak"

Sedang kami berbual, suaminya keluar, mendukung anak perempuan mereka. Terus aku diperkenalkan kepada suaminya. Aku berjabat tangan dan menegur anaknya, sekadar menunjukkan kemesraan. Suaminya taklah handsome sangat, tapi nampak bergaya, maklumlah pegawai. Setelah agak lama, aku minta diri untuk pulang.

sudah 6 bulan Cikgu Suraya mengajar kami, aku bertambah pandai dalam matematik. Dan selama itulah aku seronok berada di kelasnya. Aku sering membayangkan keadaan Cikgu Suraya tanpa seurat benangpun di tubuh badan, mesti best. Dengan bentuk tubuh yang montok, kecil, pinggang yang ramping serta kulit yang cerah, jika telanjang pasti membuatkan orang yang melihatnya menerkam tanpa apa-apa isyarat lagi. Tapi, aku cuma dapat tengok rambut sahaja, di petang itu.

Hari ini cuti, cuti peristiwa sebab Sukan Tahunan. Aku tak tahu nak ke mana, aku capai basikal dan mengayuh tanpa arah tujuan. Agak jauh kali ini aku ronda, masa nak balik aku lalu di kawasan perumahan Cikgu Suraya, langit gelap masa tu, nak

Hujan barangkali. Aku harap sempatlah sampai rumah. Tapi, belum pun sampai di kawasan rumah Cikgu Suraya, hujan mulai turun, makin lebat. Habis lenjun pakaian aku. Aku tak berhenti, terus aje kayuh, aku tak sedar yang tayar basikal aku makin kempis, sepatutnya aku pamkan dulu semasa keluar tadi. Lagi sikit nak sampai di kawasan rumah Cikgu Suraya, aku tak boleh lagi menunggangnya, kalau ditunggang juga, alamat rosaklah tayar basikal aku. Aku menuntun basikal sampai ke rumah Cikgu Suraya. Niat aku nak pinjam pam kat dia. Bila tiba aje di depan pintu pagar rumahnya, aku tekan loceng. Tak lama kemudian pintu rumah dibuka, kelihatan Cikgu Suraya berkain batik dan berbaju T menjengok kat aku.

"Cikgu!!" jeritku.

"Apahalnya Amir" tanyanya kehairanan melihatkan aku basah lenjun dalam hujan

Lebat dengan kilat yang sabung menyabung.

"Saya nak pinjam pam, tayar pecah"

"Tunggu sat!!" jeritnya.

Cikgu Suraya masuk semula dan keluar membawa payung. Dia membukakan kunci pintu pagar dan meminta aku masuk. Semasa menuntun basikal masuk, mata aku mengerling ke arah Cikgu Suraya yang berada di depan, melenggang-lenggok berjalan menuju ke dalam. Dari belakang, kerampingannya terserlah, dengan T Shirt yang agak ketat dan kain batik yang dililit kemas menampakkan bentuk badannya yang menarik. Punggungnya yang montok dan pejal itu membangkitkan ghairah aku bila dia berjalan. Kemaluan aku menegak dalam kebasahan itu.

"Hang pi mana ni?" soalnya bila tiba di depan pintu.

"Saja ronda-ronda, sudah nak balik tapi tayar pulak tak de angin" jelasku. "Cikgu ada pam tak?"

"Sat nak tengok dalam stor. Masuklah dulu" pelawanya.

"Tak payahlah, nanti basah pulak rumah cikgu"

"Tunggu sat" Cikgu Suraya pun meninggalkan aku kesejukan di situ, dia terus berlalu menuju ke dalam. Sebentar kemudian dia keluar membawakan pam dan sehelai tuala.

"Nah" dihulurkannya pam ke arah aku.

Aku capai dan terus mengepam angin ke dalam tayar basikal aku.

"Nak balik terus la ni"

"Haa.. Lepas pam terus balik"

"Hujan lebat nak balik macam mana"

"Tak apa, sudah basah pun" jawabku lalu terbersin.

"Haa.. Kan sudah nak kena selsema"

"Sikit aje" kataku lalu menyerahkan pam kepadanya. "Terima kasih cikgu"

"Macam ni lah, ambil tuala ni, lap bagi kering dulu badan tu" katanya sambil memberikan aku tuala yang dipegangnya sejak tadi.

Aku mencapai tuala itu dan mengelap rambut dan muka yang basah. Aku terus lap macam kat rumah sendiri, aku buka baju depan dia. Lepas tu, baru aku perasan.

"Sori cikgu" kataku perlahan.

Cikgu Suraya berlalu ke dalam. Aku ingat dia marah sebab buka baju depan dia, tapi dia datang semua membawa sehelai kain pelikat, T Shirt dan sebuah bakul.

"Nah, salin pakai ni" katanya sambil dihulurkan kepada aku. "Baju basah bubuh dalam bakul ni"

Aku terus aje campakkan baju aku dalam bakul. Seluar aku buka depan dia, tapi kain pelikat aku sarung dulu le. Selepas keluarkan dompet, aku campakkan seluar yang basah tu dalam bakul, last sekali spender aku.

"Masuk dulu, tunggu sampai hujan berhenti baru balik" sambung Cikgu Suraya sambil mengambil bakul berisi pakaian basah aku. "Nanti cikgu keringkan baju ni dulu"

Aku pun ikut dia masuk. Selepas pintu dikunci, aku disuruh duduk diruang tamu dan Cikgu Suraya terus pergi ke dapur. Aku melihat-lihat perhiasan rumahnya, agak mewah juga perabut dan perhiasannya. Sedang mata aku meliar, Cikgu Suraya datang dengan membawakan secawan minuman dan meletakkan atas meja lalu dia duduk berhadapanku.

"Minum lah. Baju hang cikgu tengah keringkan"

Aku pun mengambil air nescafe itu dan menghirupnya.

"Mana suami cikgu?" tanyaku memulakan perbualan.

"Kerja"

"Oh ya, hari ni Isnin" balasku. "Anak?"

"Tidur"

"Hang duduklah dulu, cikgu ada kerja sikit nak buat" katanya sambil bangun meningglkan aku.

"O. K. " ringkas jawabku.

Di luar, hujan masih turun dengan lebat, diikuti dengan bunyi guruh yang membingitkan telinga. Aku melihat-lihat kalau ada buku yang boleh dibaca. Ada. Aku capai sebuah novel dan mula menatapnya.

Sehelai demi sehelai aku membelek isi kandungan novel itu, tak dibaca pun. Aku bukan minat sangat baca novel ni, tapi sudah tak ada apa nak buat, tengok aje lah sikit-sikit. Aku tak tahu apa yang Cikgu Suraya buat di belakang, biarkanlah. Tetapi, semasa membelek helaian demi helaian, fikiran aku jauh melayang membayangkan kisah fantasi aku bersama Cikgu Suraya. Aku teringatkan cerita-cerita X dan Blue yang aku tonton dulu, bila terjadinya kejadian seperti ini, pasti akan berlakunya adegan asmara. Aku membayangkan yang aku akan berasmara dengan Cikgu Suraya, macam dalam filem yang aku pernah tengok.

sudah hampir 20 minit, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku terasa nak terkencing, maklumlah sejuk. Aku bingkas bangun dan terus menuju ke dapur, nak cari bilik air. Semasa aku hendak sampai, aku sekilas pandang aku nampak Cikgu Suraya sedang masuk ke biliknya, hanya dalam keadaan berkemban tuala sahaja, mungkin baru keluar dari bilik air. Sekilas pandang itu aku tak sempat melihat apa-apa, hanya kelibatnya yang berkemban masuk bilik sahaja yang sempat oleh mata melihatnya. Aku teruskan ke dapur, dan apabila melewati biliknya, aku dapati pintu bilik tidak bertutup rapat.

Cikgu Manis

Sebagai permulaan babak pertama ini elok juga kalau kita berkenalan sedikit sebanyak dengan watak utama (akulah tu). Aku seorang lelaki tulen, penuh kelembutan, agak kacak (bukan aku cakap tapi makwe-makwe aku yang cakap), tinggi, ahli sukan dan orang penting di organisasi tempat aku bertugas. Tidak lupa nak beritahu dah kahwin, anak macam gerabak LRT sebab isteri lebih dari satu (pasal tu aku jarang merayap jadi kutu embun) dan selalu bertugas di luar negara. Tapi pada isteri-isteri dan makwe-makwe pembaca, jangan bimbang aku tidak tibai pompuan bila di sana pasal lubang bini-bini aku tu semuanya masih ketat lagi walaupun dah beranak-pinak (dengan izin tuhan berkat ilmu Siti Fatimah peninggalan nenek). Kalau ada wanita yang berminat dengan ilmu ini nanti pelan-pelan boleh cari aku.
Aku dibesarkan bersama datuk dan nenek sejak kecil, sebab itu agaknya aku ni manja orangnya (mudah juga merajuk). Aku saja cucunya yang dipelihara walaupun cucu-cucu yang lain ramai. Sejak kecil agaknya umur lima atau enam tahun aku dah lali dengan cipap perempuan (sebab nenek aku ni bidan part time) sementara menantikan bidan sebenar sampai dia yang kena buat dan akulah orang kanan yang membantunya. Malah aku masih boleh kerat pusat bayi dengan hanya pakai sembilu buluh (pisau dulu-dulu) dan qualified untuk menyunatkan budak-budak pompuan (budak jantan tak reti). Jadi membesarlah aku dalam keluarga datukku itu seramai empat orang termasuk mak saudaraku anak dara pingitan yang come lote. Jangan salah faham bukan kisah mak saudara aku yang hendak aku ceritakan (dia baik dan bahagia bersama familynya).
Kalau dia orang mandi (mak saudara dan seorang lagi sepupu) aku jadi tukang escort dia orang (dulu-dulu mandi di telaga). Selalu juga aku ternampak bentuk tubuh dia orang bila kain mandi dia orang basah dan kadang-kadang tu masa nak salin kain dia orang londeh semua sekali telanjang bulat (maklumlah dia orang anggap aku budak kecik) menampakkan kulit yang putih melepak cuma cipap sahaja yang berbulu. Sepupu aku masa tu masih muda benar, kalau tak salah aku baru lima belas atau enam belas tahun umurnya. Bulu cipapnya juga masih nipis tapi tundun dia fulamak punyalah tembam. Mak saudara aku punya pulak agak sederhana tembam sebab susuk badannya macam Julia Robert.
Satu hari seperti biasa aku ikut dia orang membasuh dan mandi umur aku masa ni dah nak masuk 11 tahun. Kemudian mak saudara aku tergesa-gesa balik sebab nenek aku bising-bising entah pasal apa (tak ingat lagi). Tapi sebelum beredar dia berpesan kepada sepupuku supaya memandikan aku kerana dia tak sempat. Dalam bilik perigi tu tinggal aku berdua sahaja, kami mandi bersama dia pakai baldi ayan dan aku pakai timba upeh. Dia sabunkan aku (aku telanjang macam selalu) tapi tiada apa-apa kelainan yang aku rasa agaknya pasai dah biasa tengok dia orang. Kemudian dia tanggalkan kain basahannya untuk bersalin tetapi sebelum itu dia duduk mencangkung lalu kencing. First time aku lihat perempuan dah anak dara kencing. Aku nampak jelas cipapnya terbuka dan air kencing berlari laju?.tiba-tiba kote aku naik tegang aku rasa cukup keras. Aku malu sendiri tapi tak tahu nak buat macam mana. Sepupu aku terpandang kote aku dan dia juga agak terkejut kerana selalunya kalau aku nampak cipap dia orangpun tak pernah kote aku keras begitu.
Dia menghampiriku lalu bertanya kenapa kote aku keras, aku jawab tak tahu tapi tadi aku nampak cipap dia tengah kencing boleh jadi itu sebabnya. Dia datang hampir lalu memegang kote aku, tengah dia membelek-belek tu critt?ada air yang terpancut keluar lalu kena kat mukanya tapi tak salah aku air tu belum pekat lagi dan masih cair. Dia cuma tersenyum lalu mengesat mukanya sambil berkata mulai hari ini aku tak boleh mandi bersama dia orang lagi kerana kote aku dah naik tegang bila nampak cipap perempuan dan aku kena mandi sorang-sorang katanya lagi. Frust juga aku tapi katanya lagi kalau aku nak tengok dia mandi boleh dengan syarat aku beri dia main dengan kote aku. Aku tamatkan episod mukadimah ini bimbang engkau orang boring cuma aku nak tegaskan dalam usia semuda itu kote aku dah keras dan mampu memancutkan air mani walaupun belum betul-betul pekat.
Aku melangkahkan kaki ke sekolah menengah dengan perasaan sama seperti budak-budak lain untuk maju dalam pelajaran. Tapi di sekolah aku selalu kena buli sebab kata dia orang muka aku ni macam perempuan (aku merawarisi paras mak saudaraku yang cun melecun tu) jadi tak heranlah kalau dia orang ingat aku macam perempuan, apa yang dia orang tak tahu kote aku kat celah peha ni dah boleh rabakkan cipap anak dara kalu diberi peluang. Oh ya lupa nak beritahu, mak saudara aku tu sebenarnya cikgu kat SM tu, guru muda lepasan Kirkby cakap orang putih jangan cerita le?berabuk kalah mek saleh aku ingat. Akupun baiklah dengan cikgu-cikgu di sekolah tu sebab mak saudaraku itu tambahan pula dengan rakan-rakan cikgu wanita lagilah dia orang suka aku ni cute kata dia orang, patutnya jadi budak pompuan bukan lelaki.
Dalam ramai-ramai tu ada seorang guru SRT, dia ni dah berumur sikit aku ingat awal tiga puluhan. Rumah dia sebelah sekolah sahaja jadi tempat lepak guru-guru wanita terutama yang bujang atau yang suaminya tiada (masa tu ramai juga guru wanita yang suami mereka sambung belajar di London. Cikgu Saridah (bukan nama sebenar) sangat baik orangnya, pandai masak, bergaya, lawa, bontot menggiurkan tapi jarang senyum. Walaupun dah berumur masih cantik dan single. Mak saudaraku cakap dia tu dah kahwin tapi entahlah aku tak faham cakap dia orang. Aku selalu juga lepak-lepak kat rumah dia kerana aku di sesi petang dan kebanyakan mereka mengajar di sesi pagi. Selalunya rumah dia kosong tak ada orang.
Satu hari Cikgu Saridah memanggil aku lalu menyuruh aku menantinya di bilik SRT, bila dia nampak aku kat situ dia menghulurkan aku sepiring karipap yang sungguh sedap rasanya. Dia cakap kat aku kuih tu sebenarnya budak-budak tengah ambil peperiksaan jadi dia simpan sikit untuk aku. Kemudian katanya kalau aku tak buat apa-apa Sabtu dan Ahad nanti dia hendak aku datang ke rumahnya tolong dia mengecat dinding bahagian dalam rumahnya. Cat dan perkakasannya telahpun dibeli pagi tadi. Aku kata nanti aku beritahu jawapannya selepas mendapatkan consent mak saudaraku.
Anywhere, Sabtu sampai dan aku juga sampai ke rumahnya. Aku dapati dia sorang sahaja kat rumah aku tanya mana yang lain-lain. Dia jawab kena jaga periksa dan terus balik kampung kemudian dia tanya mana mak saudaraku, aku jawab nanti lepas zuhur baru dia sampai. Dia menghulurkan baju lama (nampak macam blouse) dan kain batek lusuh kepadaku, aku kata nak buat apa lalu dia jawab nak mengecat kenalah pakai yang buruk lepas kena cat boleh buang terus. Akupun menyalin pakaian berkenaan dan memulakan kerja-kerja mengecat. Banyak juga yang dapat aku cat sehingga sampai waktu makan tengahari aku disuruhnya berhenti pergi mandi dan makan.
Aku mengambil tuala yang diberikannya lalu masuk ke bilik mandi, sebentar kemudian aku keluar untuk menyalin pakaian. Tiba-tiba dia ketawa aku kaget, dia cakap aku mandi macam mana, cat kapur tu masih bertepek kat kepala. Lalu dia menarik tanganku masuk semula ke bilik mandi dia suruh aku duduk telanjang dan dibersihkan segalan cat kapur yang terlekat di kepalaku. Sambil tu dia beritahu yang dia tahu aku selalu dimandikan oleh mak saudaruku aku jawab benar malah semua tentang diriku dia yang uruskan. Setelah selesai aku berdiri sambail dilapkan badan oleh cikgu Saridah.
Tanpa sengaja tangannya tersentuh koteku lalu ia mula mengembang dan mengeras, cikgu Saridah nampak tapi buat-buat tak tahu sahaja. Setelah selesai aku nak keluar dari bilik mandi tapi kote masih keras lagi lalu dia tanya kalau kote aku naik tegang selalu aku buat macam mana. Aku jawab aku biar sahaja lama-lama dia turun balik atau kalau sepupu aku ada kat rumahnya aku suruh dia pegang dan usap-usap tak lama nanti ada air keluar lepas tu boleh turun. Dia senyum saja. Cikgu Saridah suruh aku bersalin pakaian di biliknya selepas tu boleh makan nasi dan aku menurut sahaja. Tanpa ku duga dia mengekori aku ke biliknya, sebaik sampai tuala yang ku pakai direntapnya dan koteku diramas-ramas mesra. Aku terkedu menahan rasa terkejut dan sedap yang mula menyelinap ke tubuhku.
Dia suruh aku berbaring atas tilam sambil dia menanggalkan pakaiannya satu persatu. Cuma tinggal bra dan panties sahaja, dia datang hampir kepadaku lalu berkata yang ni nak lucut tak sambil jarinya menunjuk kepada bra dan pantiesnya aku cuma menganggukkan kepala. Jari-jarinya membuka cangkuk bra dan melepaskannya ke lantai?.tersembul dua bukit indah milik cikgu Saridah, walaupun tak begitu besar tapi padan dengan dirinya. Tetek cikgu Saridah masih mengkar tak jatuh macam orang lain yang dah berumur?masih terpacak di dadanya. Kote aku berdenyut-denyut menahan rasa berahi?dan yang ni awak kena bukak sendiri kalau nak tengok dia memberi isyarat kepada pantiesnya.
Perlahan-perlahan akan memegang tepi seluar dalam tu lalu melorotkannya ke bawah melepasi punggungnya dan menampakkan bulu pantatnya yang lebat tapi kemas. Kemudian dia sendiri melucutkan terus panties berkenaan melambak ke lantai. Nampak jelas cipap cikgu Saridah yang begitu tembam, berbulu hitam lebat, labia majoranya bagai ulas limau penuh menutupi labia minoranya. Cikgu Saridah merebahkan dirinya atas tilam lalu meminta aku menatap sepuas-puasnya tubuhnya. Dia mahu aku menyentuh apa sahaja yang terdapat pada tubuhnya, aku memegang, mengusap dan menguli teteknya dengan putingnya tegak berdiri, aku terus meraba seluruh perut, pusat, ari-ari lalu sampai ke cipapnya. Aku tertagak-tagak untuk menyelak bulu-bulu cikgu Saridah sebab bulu cipap mak saudaraku agak nipis berbanding dengan cikgu Saridah.
Lalu jari-jarinya menyelak bulu hitam itu dan kelihatan biji kelentit di bahagian atas cipapnya, dia mahu aku menguis-guis dan mengulit biji berkenaan dengan jariku dan seterusnya meraba-raba keseluruhan cipapnya yang tembam tu. Sambil tu tangannya terus meramas koteku dan?iba-tiba sahaja dia bangun duduk dab mulutnya terus mengulum koteku. Aku mengeliat kegelian dan kesedapan, kali pertama kena kulum aku rasa nak terpancut tapi cikgu Saridah mengemam kepala koteku dengan bibirnya hingga hilang rasa nak terpancut tu. Dia meminta aku mencium dan menjilat cipapnya, aku ragu-ragu sebab tak biasa tapi akhirnya aku akur juga. Aku lihat cipap cikgu Saridah dah berair aku kuak bulunya lalu mula menyonyot biji kelentitnya, aku lihat dia terangkat-angkat badannya bila kelentitnya aku sedut, aku dah tak kisah lagi aku sedut puas-puas kelentitnya dan bibir cipapnya lalu aku bukak cipapnya dengan jariku ku lihat bahagian dalamnya berwarna pink dan masih rapat. Aku menjolok jariku masuk ke lubung cipap yang aku kira bukan dara lagi kerana nampak jelas lubangnya lebih besar sikit berbanding lubang sepupuku yang masih perawan?tapi cikgu Saridah belum beranak lagi dan kehangatan lubang cipapnya terasa pada jariku.
Dia lantas menolak badanku naik ke atas tubuhnya dan membawa koteku betul-betul bertentangan dengan cipapnya. Koteku digesel-geselkan pada cipapnya dan kemudian meletakkan kepala koteku pada lubang cipapnya. Dia meminta aku menolak masuk, aku ragu-ragu lalu dipautnya punggungku?clupp terus masuk sampai habis (maklumlah masa tu kote akupun bukanlah sebesar dan sepanjang la ni) jadi senang saja masuk. Secara spontan aku melakukan sorong tarik berdecup-decap ia keluar masuk. Aku kira bab ni tak payah ajar naluri manusia ia tahu sendiri apa nak buat seterusnya. Cikgu Saridah mengajarkan berbagai cara bersetubuh baring, duduk, menungging, meniarap, mengiring, mengatas, membawah tapi yang paling sedap bila dia merapatkan lurus kakinya di mana lubang pantat menjadi begitu ketat dengan kote rasa tersepit (buat para isteri kalau belum pernah buat, cuba main cara ini aku jamin mata suami awak boleh juling jadinya). Setiap kali aku menarik nafas untuk terpancut dia akan menyepit kote aku dengan kuat dan rasa ngilu nak terpancut tu akan reda jadi aku dapat meneruskan dayungan keluar masuk. Aku tak pasti dah berapa lama aku main sampai peluh kami dah menyimbah keluar membasahi cadar (kami pakai cadar tapi ada kes aku dengar pakai tilam bolen aje ?betul ke tidak waulah waalam).
Cikgu Saridah dah tak keruan lagi?mulutnya menceceh sedap-sedap, nak lagi, tekan habis, aku menghentak sekuat yang termampu?.tak lama lepas tu aku dengar dia menyebut I'm cuming?'m cuming?lalu pinggangku dikepit badanku dipeluk kuat dan koteku terasa disedut-sedut. Dia menggelepar dan mendengus dengan kuat dan barulah aku tahu itu rupanya bila pompuan klimak. Aku melajukan hentakan dan akhirnya badanku menjadi kaku lalu memancutkan sesuatu ke dalam pantat cikgu Saridah. Pancutan kali ini agak lama berbanding selalunya dan aku terasa pedih dihujung koteku mungkin kali pertama memancutkan air mani ke dalam cipap perempuan. Cikgu Saridah tergolek puas, akupun puas dan selepas berehat seketika aku menarik keluar koteku yang aku kira habis lusuh dikerjakannya. Tapi awang tu nampak gagah lagi berkilat-kilat bekas air cipap yang melekat padanya. Cikgu Saridah menciumku sambil mengucapkan terima kasih.
Kami berdiri sambil berpelukan?untuk menuju ke bilik air tapi aku melihat seraut wajah yang biasa ku lihat aku cemas sambil memandang cikgu Saridah. Tiba-tiba ku lihat wajah tu tersenyum "well anywhere you are man, sooner or later you will be fucking around but make sure you keep your mouth shut" dan menyambung "Idah kau belasah anak sedaraku cukup-cukup" sambil tangannya memegang koteku?..cikgu Saridah hanya mampu tersenyum?mak saudaraku berbisik kepadaku, "You fucked that older woman pussy like nobody business, so you must return back the favour to me, young man". Aku hanya dapat mengatakan "Yes" dan tak tahu what's going to happen next?..

Cerita Seks Dikatil

Begini ceritanya... Aku mengenali awek aku hampir 2 tahun. Pada mulanya memang tiada apa yang berlaku antara kami. Biasalah bodoh lagikan. Tapi Pada suatu hari aku menghantar ia pulang ke salah satu institut ipt dinegara kita ini dengan menaik bas express. Jadi sesuatu yang tak disangka telah berlaku. Masa itu aku sedang tidur didalam bas lentok abih le. Awek aku mengucup dan mengulum bibir aku dengan nafsunya. Aku terkejut kerana inilah pertama kali awek aku mengucup aku. Apalagi aku pun membalas kucupannya dengan penuh bernafsu tanpa mempedulikan orang lain didalam bas tu.
Aku dan awek aku berterusan kucup mengucup sehingga sampai kedistenasi yang hendak dituju. Aku dan awek aku sampai ke destinasi tepat jam 4.00 pagi. Aku dan awek aku tak tahu nak pergi mana sebab hari pun masih awal pagi. Awek aku bercadang untuk berehat dihotel sahaja sementara menunggu hari cerah. Setiba saja dihotel check in aku pun berehat dengan awek aku dikatil. Letih katakan. Aku tidur sebentar diatas katil. Awek aku mengucup dan menindih aku sekali lagi (tak puas agaknya) aku pun apalagi membalasnya dengan penuh bernafsu mula-mula aku kucup dahinya kemudian mulutnya dan beralih arah ke ke dadanya tapi sayang masih berbaju.
Aku mengucup lagi mulutnya dan dengan pantas tangan aku merayap kedalam bajunya dan meraba buah dada awek aku dan dengan pantas aku membuka bajunya dan kemudian colinya. Fuhhh sungguh cantik buah dada awek aku. Merah jambu kedua putingnya. Saiz buah dada awek aku sederhana aje. Apalagi setelah aku tengok buah dada awek aku tersergam indah aku pun mengulum putingnya sepuas-puasnya dan meramas-meramas buah dadanya sehingga menegang. Aku mengulum dan terus mengulum dan aku practik macam aku tengok dalam film blue yang aku tengok sebelum ini. Fuhhhh setelah aku puas mengulum buah dadanya. aku pun beralih arah ke pusatnya dan aku berkata kepada awek aku "sayang abang nak bukak seluar ayang boleh tak?". Tapi ia menolak. Aku berkata "ayang sayang abang tak?".
Dengan tanpa kerelaannya aku bukak jugak seluar jean awek aku. Sekarang hanya tinggal seluar dalam sahaja. Aku terus mengulum puting buah dadanya dan mengucup mulutnya supaya ia terangsang dengan lebih lagi (barulah boleh on dengan dia) setelah ia merengek aku pun mula menanggalkan seluar dalamnya dan terus menindihnya. Aku masukkan batang aku tepat kelubang pantatnya. Aku menojah kepantat awek aku dengan perlahan awek aku mengeluh uhhhhh sedapnya bang..bang ayang tak tahan nie. Aku pun terus menojah terus kedalam sambil mendakap badannya dengan kemas. Uhhh awek aku mengeluh dan arghh arghh sakitnya. Aku terus menojah batangku ke dalam pantat awek aku tanpa memperdulikannya. Aku terasa satu cecair telah membasahi batang aku dan awek aku terus mendakap aku dengan kuat. Aku pun terus menojah batang aku kedalam pantat awek aku dengan lajunya. Uh uh uhhh uhhhh. Sedapnya tak dapat kubayangkan. Aku terus masuk lagi dan masuk sehingga 30 minit berlalu aku tak tahan lagi. Uhhhhhhhhh aku terus memancutkan air maniku keluar pantat awek aku. Uuuhhhhh sedapnya. Sejak peristiwa itu aku terus melakukan beberapa kali dengan awek aku sehingga tahun lepas aku break dengan awek aku sebab awek aku belajar keluar negeri. Sehingga kini aku tak dapat khabar berita darinya lagi.

Cerita Lucah Melayu

Aku terlentang dalam keletihan. Terasa service yang Aggie berikan itu sungguh tak ternilai nikmatnya. Tak sangka si comel semuda itu kuat nafsunya dan berpengalam juga. Sedang aku mengelamun, Aggie datang lagi dan terus naik berdiri di atas katil. Dia melangkah dan duduk di atas badanku dan menyuakan cipapnya ke muka ku.
"Now . you eat me uncle..eat my pussy.I know you want it don't you ??"
"Where's Deq Ni ??" tanya ku.
Dia tak menjawab tapi buat isyarat macam orang tengah len+++.
Aku dah tak pedulikan anak buah ku itu bila melihat belahan cipap Aggie yang merekah sedang menanti jilatan lidahku. Bau aroma air mazi menusuk ke hidung ku membuat aku mula berahi semula. Cipap yang tak berbulu itu aku kucup dengan lembut dari atas tundun yang tembam itu sampai ke lubang di sebelah bawah yang dah mula basah.
"Aaahhh. uuhhhh." Aggie mula menggerakkan pinggulnya bila aku menyelak bibir cipapnya dengan jari. Sambil itu mulutku mencari kelentitnya yang tersembul di bahagian atas belahan itu. Ianya kukemut dan kusedut hingga membuat Aggie jadi histria.
"Awwaauuu.. aahhhhmmmppp.!!!" macam macam bunyi keluar dari mulutnya sambil dia merapatkan cipapnya ke mukaku sampai aku jadi susah nak bernafas.
"Ayyyaaaa.aaayyyaaa..!!! I feel good... lick harder.. uncle.. you so good."
Lidahku mula menjelajahi setiap inci cipap tembam itu dan dengan dua-dua ibu jari aku menyelak bibir cipap yang kemerah-merahan itu. Masa tu aku dapat lihat lubang cipapnya yang dah tersangat dibanjiri air mazi. Aku menyedut dan menjilat setiap air mazi yang meleleh itu dan aku telan.. Fullamak enak sekali....!
Aku masukkan lidah ke lubang cipap sambil kelentitnya aku putar dan tarik dengan jari. Itu membuatkan Aggie dah tak dapat menahan kenikmatan dan aku rasa dia akan climax dalam masa sekejap saja lagi. Aku pun menguatkan putaran jari di kelentitnya dan jolokan ke lubang cipap itu yang membuatkan Aggie mula melentik-lentikkan badannya ke depan dan ke belakang.
"AAHHH.. AAYYAA. I'M COMMINGGGG.. I'M COMIIING.. AYYAAA"
Aggie mengepit muka ku dengan pehanya, menandakan dia sedang melakukan orgasm. Sementara itu aku tarik pinggulnya rapat ke arahku supaya seluruh cipapnya berada pada mulutku. Aku benamkan lidahku ku sedalam-dalamnya ke dalam cipapnya sambil tangan ku meramas teteknya yang sederhana tapi pejal.
Aggie keletihan dan membaringkan badannya dalam keadaan terlentang di atas badanku sambil cipapnya masih berdepan dengan mukaku. Aku juga keletihan.
Aku rasa batangku yang sedang itu len+++ bagai diramas dengan terasa panas palkonku seperti dikulum perlahan-lahan. Aku biarkan saja. Dalam hati aku berkata. Amoy ni kuat betul lahh. baru habis dah nak lagi. Makin lama batangku tegak semula bila tangan lembut itu terus melancap dan menggigit lembut palkon dan seluruh batangku.
Aku lihat ke bawah. laaaa rupa-rupa nya si Deq Ni sedang bermain dengan batangku. Aku jadi kaget.aku tolak Aggie ke tepi, aku duduk dan menarik Deq Ni ke atas dan dia tersenyum melihat aku jadi macam orang bengong.
"Dari tadi Deq Ni tengok.. Deq Ni dah tak tahan.. Bagilah Deq Ni rasa pulak" katnya sambil menggenggam batangku dengan kedua belah tangannya.
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi.. Otak aku dah tak dapat berfikir dengan normal melihat Deq Ni yang merintih dan bilaku lihat tubuhnya yang tanpa seurat benang itu aku terus peluk dia dan aku baringkan di sebelah Aggie. Terus aku kangkangkan kakinya. Lama aku perhatikan Deq Ni dalam position itu tapi perasaan ku berbelah bagi. Deq Ni menuggu tindakan ku sambil memejamkan matanya.
Lalu aku tarik Aggie dan aku suruh Aggie jilat cipap Deq Ni. Aggie patuh dengan arahan ku. Terus dia berjongok meletakkan kedua belah tangannya ke bawah paha Deq Ni dan menjilat serta menghisap cipap Deq Ni. Deq Ni mengeliat sakan bila Aggie memasukkan lidah ke lubang cipapnya dengan bernafsu sekali.
"Aaahhh... uuuhhh... sedap... sedaaaaaaap aahhh... aaaauuwaaahhhhh" Meraung raung Deq Ni sambil aku lihat tangan Aggie menggentel puting tetek Deq Ni dan dia juga meramas tetek si amoy itu pula.
Aku beralih ke hujung katil dan menempatkan diri ku betul-betul di belakang Aggie yang sedang menungging sambil menjilat cipap Deq Ni. Aku raba punggung yang cute dan mengurut utut di sekitar belahan punggungnya. Aku mendekatkan mukaku di situ dan menjilat pada belahan tersebut. Dari atas terus ke bawah ku lakukan sampai mencecah kelentitnya berulang kali. Aggie mula mengikuti rentak jilatanku dengan memberikan response.
Air mazinya mula mengalir dari lubang cipapnya. Itu membuatkan jilatan ku menjadi licin dan aku menyedut bibir cipapnya kiri dan kanan sambil jariku bermain di lubang dubur yang dah sedikit terbuka. Aku masukkan jari ke lubang itu perlahan-lahan dan aku sorong tarik membuat Aggie menjerit kesedapan.
"AAAAAHHH.. UUUHHHH... SEDAAAAAPNYA... AAAAAUUUUUMMPP...!!!!
Fuck me ... Please uncle ...fuck me now ...I tak bole tahan.tolongggggggg."
Aggie meronta-ronta bagai nak gila sambil sebelah tangan dihulur ke belakang dan terus memegang batangku dan menghalakan ke cipapnya. Aku faham maksud Aggie dan aku terus mengacukan palkonku ke belahan cipapnya. Sambil itu aku menyapu-nyapu pada belahan tersebut supaya palkon aku dilicini dengan lendir yang bertambah banyak di situ.
"Aaaahhh.. fuck me. fuck me.." Aggie meracau-racau tidak sabar menuggu terjahan batang ku ke lubangnya.
Dengan perlahan aku halakan palkon ke lubang cipap yang ternganga itu dan menekannya secara slow and steady. Inci demi inci batangku masuk ke dalam lubang nikmat itu. Bila hanya tinggal lebihkurang dua inci lagi, aku tarik semula. Lubangnya tak lah ketat sangat sebab dah selalu kena tibai. Namun kemutannya kuat dan kalau tak control harus aku cepat keluar. Aku sorong tarik selembut mungkin agar Aggie mendapat extra nikmat. Setiap kali aku menarik batang keluar aku lihat bibir cipapnya mengikut keluar seolah-olah tidak mau melepaskan rod enam inci aku tu.
Aku tekan dalam-dalam hingga pangkal dan tarik lagi sampai takuk palkon dan tekan semula. Lalu Aggie pun menghentak punggungnya kuat untuk melawan sodokan aku tu.
"AAhhhh.. Fuck me. harder. kuat.lagi kuat... aayyaaa.. fuck. fuck.fuck"
Aggie cuba bermain laju. Namun aku tetap control. Sambil itu aku benamkan jariku ke dalam lubang duburnya dan membuat dia bertambah nikmat lagi.
Perlahan-lahan aku tarik batangku dan halakan palkon ke lubang duburnya dan terus aku tekan masuk, tapi berhati-hati supaya dia tak rasa sakit.
"Ayyyyyyyaaaaaa... syok. uncle .. jangan cabut.. hantam kuat uncle....! Deq Ni.... uncle's cock so biggggg.. I can feel it.. waaaaaa ... so big laaaa...!" Aggie meracau tak tentu arah sambil aku perhatikan Deq Ni menarik rambut Aggie yang masih membenamkan mukanya ke cipap Deq Ni.
"Aaaaahhhhh.. aaaa.. I dah keluaarrrr.. Aggie stop... I geliiiiiiiiiiiiiiiiiiii....." Deq Ni dah KO dan melarikan cipapnya dari mulut Aggie. Aggie pula menghenjut depan ke belakang dengan kuatnya sambil menjerit-jerit.
Uncle.. Im comiiing.. Im comiiiing aahhhh ahhhh tolooooooooong ..aayyaaaaa"
Aku tidak bagi peluang padanya untuk melarikan diri. Aku pegang pinggang Aggie kuat-kuat dan menghentak batang ku ke dalam lubang duburnya. Sampai pada satu ketika aku juga dah tak kuasa lagi nak mengawal orgasmku. Dengan hentakan yang kuat, aku tarik pinggangnya rapat ke arahku dan aku pun ledakkanlah pancutan ke dalam duburnya.
"cruuutt.. cruuuuttt.. cruuuutttt... cruuuuttt.. cruuut....!"
"Uuuuhhhh.aaaahhhhhh.. GEAR BOX very nice..!" kata ku pada Aggie. Dia menoleh ke belakang menandangku dengan mata yang kuyu tapi masih mampu tersenyum.
"Your dick very hot lah uncle.. I never had huge dick like this in me before...!" katanya sambil tangannya melurut-lurut batangku yang dah penuh berlumuran air maniku dan juga air maninya. Deq Ni dah tegolek di sebelahnya. Aggie memusingkan badan ke arah ku dan terus memasukkan batangku ke dalam mulutnya untuk menghisap lelehan air mani ku yang masih terdapat di situ. Lama dia berbuat begitu seperti tidak mahu melepaskannya.
I love your dick uncle. katanya sambil menjilat palkon ku yang dah mula lembek. Dia terus menjilat di sekeliling pangkal batangku hingga ketelur dan kemudian dia merebahkan badannya di sisi Deq Ni.
Aku bangun masuk toilet dan mandi.. Aku berpakaian dan meninggalkan mereka yang keletihan.. Aku keluar mencari makanan di restoran berdekatan hotel tersebut.
Pada pagi Sabtu esoknya, aku mula bersiap siap untuk ke tempat kursus. Si comel dua orang masih tergolek di atas katil . masih belum pulih dari mainan ku malam tadi. Sebelum keluar aku tinggalkan nota kepada mereka supaya 'Card Key' ditinggalkan di kaunter.
Kursus aku tu setengah hari saja. Jadi aku plan lepas lunch aku lepak kat bilek dan malam nanti boleh ronda-ronda cari awek KL.. kalau ada rezeki lah.
Pukul 3.00 aku sampai di hotel dan minta cardkey di kaunter. Petugas kata card key tak ada pada mereka . aku rasa mesti budak-budak tu lupa nak tinggal semasa mereka keluar tadi. Jadi aku beri alasan pada petugas itu yang card key aku tertinggal. Tanpa banyak songel dia menyerahkan kad pendua kepada ku.
Aku buka pintu.. Terkejut sebab lihat Deq Ni masih lagi berada di situ. Dia sedang berbaring di atas katil sambil menonton TV.
"Pak Chor dah balik" Deq Ni bingkas bangun dan mendapatkan aku. macam menyambut bapak dia pulang dari kerja pulak fikir ku.
Aku lihat dia pakai baju track aku dan tanpa seluar . mungkin dia perasan aku sedang memerhatikannya lalu dengan senyuman manja dia minta maaf sebab katanya selepas hantar Aggie ke Puduraya, dia tak tahu nak pergi mana. Jadi lepas breakfast tadi dia baliklah ke bilekku dan cuci bajunya dan pinjam track aku.
"Ohh. tak apa lah. Deq Ni dah lunch ke ?"
"Tak.. sebab dah breakfast tadi.. Nanti bila baju dah kering Deq Ni nak balik" katanya sambil berjalan menuju ke sofa sambil menghulurkan can drink yang dibelinya.

Iklan di Post